Traveling Back to Japan with 5mo baby and 3yo toddler! Emang bisa? 

Ya bisa, gimana aja caranya. Meskipun banyak yang memilih untuk menunda perjalanan apalagi perjalanan jauh, bawa 2 anak, salah satunya bayi! 

Terus ko berani? kan kasian bayinya, mana ribet lagi nanti. 

Sebagai mantan tour guide, traveling bawa anak2 itu kerjanya kerasa 2 kali, ya perjalanannya harus cari elevator, kalo ga gotong stroller, belum rewelnya.. hahaa.. 

tapi setelah melalui banyak pertimbangan, dan rencana yang sudah di desain jauh-jauh hari. Saya dan suami memutuskan untuk tetap traveling “sepaket”, waktu itu pilihannya saya berangkat sendiri karena satu dan lain hal, atau berangkat sepaket sambil liburan wkwk..

Saya dan suami bukan tipe yang ribet semua di bawa dan harus terstandarisasi kebutuhannya. Pokonya aturan mainnya, barang ga mau bawa banyak, bawaan anak2 disubtitusi tapi tetap terpenuhi. 

Singkat cerita, ini tips dari kami:

Packing

Percaya ga percaya, kami baru packing itu H-1  sebelum perjalanan bahkan beberapa jam sebelum berangkat ke airport, karena waktu itu sempat ada drama suami sakit ke Rumah Sakit, anak bayi H-2 perjalanan agak demam. Pusinglah mamak ga tidur dan stress ngurus rencana perjalanan.

Ok, apa aja yang dibawa? Split barang kebutuhan dewasa dan barang kebutuhan anak, sebagian dari kebutuhan anak bisa menyewa (kebetulan si bayi masih full dbf dan belum makan, jadi printilannya ga banyak). Untuk 10 hari perjalanan: 

  • 4 sampai 5 pasang pakaian dewasa (sering cek ramalan cuaca di lokasi supaya gak salah kostum, berhubung kami berangkat sudah late spring, jadi baju yang kami bawa ga tebel amat, tapi kami bawa 1 outfit untuk di area salju, 1 jaket tahan air sbg antisipasi hujan, sisanya bisa di mix- match dan pake-cuci kering-pake). 
  • 8 potong masing masing pakaian anak (pakaian anak2 ini penting karena ada risiko harus ganti sehari 2 kali, bisa karena noda, poop, pipis, atau keringetan). Tetap konsep pake-cuci kering-pake jadi prioritas.
  • popok. Bisa sih beli di Jepang, tapi mahal, jadi kami putuskan bawa.
  • 2 pasang sepatu masing-masing.
  • Stroller anak (saya cuma bawa 1 saja yg gimana caranya kecil bisa dlipat dan di gendong backpack, bisa gantian untuk bayi dan toddler. Akhirnya sewa: pilihannya bisa macem2 ya.. ada pock-it, cocolatte minima, babyzen yoyo, dll)— sewa aja biar hemat.
  • Gendongan bayi ergonomis 
  • earmuff (buat nutupin telinga bayi pas long flight, walaupun ujungnya kagak demen dia, sumpel pake earplug)– kalo ga punya sewa saja
  • Neck pillow yang bisa digulung / dikempesin
  • Susu dan snack untuk toddler, makanan darurat dan bumbu instan (inget ya ga boleh bawa daging2an).
  • Pocket wifi (sewa aja pilih pick up dan drop di bandara)
  • Sling bag: untuk passpor dan duit. 

Semua barang besar dikemas dalam zipper bag dan di-press supaya ga makan tempat-apalagi mantel bulu angsa wkwk..

Alhasil kami cuma bawa 2 koper medium, 1 koper kabin, 1 diaper bag, 1 tas isi stroller. No jinjing-jinjing barang kecuali abis beli makanan dsn minuman di minimarket.

Pembagian tugas:

Mamak: Gendong bayi di depan, geret koper kabin+sematan diaper bag, nuntun toddler. Kalo toddler capek pake stroller.

Bapak: Bawa 2 koper medium dan gendong tas stroller, kalo stroller dipake ya gendong diaper bag.

Tenang saja ini hanya sampai drop baggage atau perjalanan pindah kota. Mostly pun, ketika pindah kota Koper besar kita sudah di kirim ke alamat di kota selanjutnya.

Itinerary

Rencana perjalanan dan itinerary sebetulnya sudah dibuat jauh-jauh hari, tapi ya namanya manusia pasti aja berubah-ubah. Dan sebetulnya itinerary yang kita pakai betul2 ekspres dan melelahkan, karena memang kita ada agenda2 yang mengharuskan pergi ke kota2 tertentu. Jadi 9 hari di Jepang kita sudah ke: Tokyo, Nagano, Kawaguchiko, Nagoya, Mie, Kyoto, Osaka (dalam periode golden week). Kebayang ga capek nya? wkwk ga bawa anak aja ngos-ngosan. Tapi ya sudahlah karena ada agenda2 itu tadi.

Jadi disini mamak yang mantan tour guide ga bisa excuse gara2 bawa anak jadi boyot atau ga hafal jalan. Harus harus pisan multitalenan!

Untungnya anak-anak minim rewel, kecuali si bayi pas flight pertama rewel mulu akibat kolik dan bindeng telinga. 

Kita memutuskan land tour mandiri tanpa travel karena kalo ikut travel betul2 tok harus ikutin rencana perjalanan mereka, sedangkan kita ingin ke tempat2 tertentu sesuai agenda kita dan ke tempat hidden gems yang ga terlalu touristy, ditambah lagi bawa anak2 itu ga bisa diprediksi. Meskipun anak2 cenderung aman damai tentram, tapi ada aja kejadian: misalnya, 10 menit sebelum naik shinkansen, si toddler ingin poop, dan lama banget di toilet, mana ga ada bidet. alhasil kita lari2 ke track shinkansen dengan kondisi si toddler ga pakai sepatu, belum sempet. Untungnya dia mau diajak lari2. Juga ada drama si bayi yang poop di bus dan baunya surgawi, kalo naik kereta maunya tetap digendong berdiri dalam dekapan mamak. Sampai encok. Oya. masa golden week di Jepang itu transportasi antar kota super crowded, pernah kami naik Tokyuu (limited express yang dg harga beli kursi jugs) tapi berdiri di lorong! jackpot banget ga sih! hampir 7 th tinggal di Jepang dulu ga pernah ngalamin gitu, petugasnya nyuruh2 masuk bae yak. Btw, klo naik shinkansen pakai JR Pass, datanglah ke midorino madoguchi dulu buat reserve tiket gratis, bisa reserve juga tempat menyimpan bagasi (oya dalam waktu dekat, kita betul2 harus reservasi untuk simpen bagasi ketika naik shinkansen, ga bisa lagi tuh ditaruh di depan seenaknya). Untuk anak-anak masih free ya, kecuali mereka mau duduk sendiri, nah kita pilih naik shinkasen yang 3 seat, kita ksi seat window dan aisle sehingga yang ditengah kosong bisa di isi toddler (mohon untuk tidak ditiru tapi mostly japanese family juga begitu).

Untuk tempat yang dituju (selain daripada tempat yang masuk dalam agenda dan kepentingan lain) kami pilih yang jauh dari keramaian dan little touristy apalagi kemarin bertepatan dengan golden week. Tempat wisata golden route udah kaya cendol. 

Kami sempatkan ke salah satu kota onsen tertua di Jepang dan kebetulan area ski nya masih buka (ini pun hasil mantengin https://www.snow-forecast.com/countries/Japan/resorts/A-A ). Next time saya share hidden gems dan cara ke tempat-tempat yang ga terlalu touristy. 

Untuk perjalanan sendiri, kadang kalau si toddler udah cape jalan atau kondisi dia tidur dan harus pakai stroller, kita harus pilih gerbong yang mudah untuk priority, usahakan masuk ke gerbong yang ada tanda priority seatnya, walau pun kita ga duduk di seatnya (sama aja kadang org jepang ga terlalu aware, di priority seat masih aja ada muda mudi or bapak-bapak duduk, sekali waktu yang nawarin duduk adalah obachan/nenek, it’s OK! karena si baby tetap milih emaknya wajib berdiri) tapi akses ke elevator baik naik maupun turun akan lebih dekat. Btw, siapkan “betis” karena tiap hari jalan kaki bisa sampai 5-10 km, dan si toddler did it! kecuali pas sekali waktu di beberapa kota terakhir udah capek dia.

Persiapan penerbangan

Karena kita muslim, kita pesan by custom moeslem meals (moml) via website maskapai juga pesan priority seat yang sudah include basinet. Ini free yaa.. meskipun kita booking tiket via aplikasi lain, makanan dan fasilitas untuk kids friendly + priority itu free of charge. 

Banyak-banyak briefing anak kalo kita akan perjalanan jauh, naik pesawat. 

Ga perlu banyak bawa barang, isi diaper bag itu dengan barang darurat seperti baju ganti anak, diapers, susu, snack, obat pribadi, alat mandi/cuci muka, tisu kering, tisu basah, earmuff/earplug, neck pillow, mainan, minuman (minuman bisa dibawa ko inflight asal bilang untuk anak wkwk). Malah maskapai yang kami tumpangi sediakan banyak mainan anak, snacks, juga es krim, dan diaper trash bag (tentunya, waktu si bayi poop on board). Oya satu lagi, kami pake 1 poket tas isinya paspor, juga 1 sling bag ramping isinya duit cash, yang bawa 2 tas krusial itu adalah tugas pak suami, sebab dia lebih disiplin dan teratur. wkwk

Sayangnya, karena tiket promo, penerbangan kita berangkat pagi dan sampenya sore, jadi sebetulnya bukan dalam masa jam tidur. Meskipun demikian, ada kalanya anak tidur sih. Kalau ada pilihan, lebih baik pilih penerbangan malam, sampainya pagi.

Oya, jangan lupa isi https://vjw-lp.digital.go.jp/en/ supaya ga antri lama di imigrasi. Tenang, Jepang mah kids friendly dan ramah sama yang priority, pasti kita ditawarin naik buggy car atau langsung ke gate prioritas. Dan hampir semua nursing room nya lengkap! even itu di dalam shinkansen. Anget pula klo duduk wkwk..

Penginapan

Di hampir perjalanan kami, kami memilih sewa apartment via aplikasi air b n b. Ada pertimbangan mendasar yaitu lebih murah, bisa masak, bisa nyuci dan cenderung lebih besar dari hotel pada umumnya. Jadi setiap habis pulang ke apartmen, saya sempatkan belanja ke minimarket/supermarket terdekat, malam harinya nyuci baju pakai mesin cuci + detergent yang disediakan host (yang konon katanya pakaiannya gakan cepet kusut), sambil nunggu bisa sambil berendam/ofuro. Mostly, anak-anak happy. Pagi2 nya, sempatkan masak untuk sarapan atau bekel perjalanan. Untuk urusan makanan, si toddler ini memang tricky, karena dia cenderung picky eater (kaya bapaknya), jadi ya mari menganut sistem “bebaskeun”, bebaskan saja mereka makan kapan dan apa aja, kalo lapar juga bilang dan pasti minta makan. Noted ya, kita selalu usahakan cari resto halal atau pilih bento box/onigiri yang muslim friendly, mamak agak strict sama begituan, apalagi kalo “makan yang penting asal bukan babi”, wih big NO!

Ada beberapa kondisi yang akhirnya kita menginap juga di hotel karena pertimbangan lebih efisien dan dekat akses ke bandara atau karena stay di kota tersebut cuma 1 malam aja, jadi pilih hotel dekat stasiun.

Memang harga penginapan lumayan pricey yaa karena kemarin kita traveling pas golden week. Memakan cost hampir 40% dari biaya traveling wkwk..

Tapi saya kasih tips deh lokasi-lokasi yang mudah djangkau, harganya masih miring (untuk tokyo: cari sekitaran nishinippori, gotanda, uguisudani, dsk), pilih yang dekat stasiun JR karena lebih ga pusing rutenya, hindari dekat stasiun besar yaa.. 1 atau 2 stasiun dari stasiun besar OK! sekali-kali pas bawa koper banyak, bisa naik taxi (saya pake aplikasi DIDI). Bisa cek rekomendasi saya lainnya di sini. 

Oya, pas pindah-pindah kota, kami sempat kirim koper besar kami 1 ke airport (ta Q Bin), 1 lagi ke kota tujuan terakhir. Jadi ada masanya kami split barang jadi 3 kategori. 

  • Kategori 1 baju dan barang yang tidak akan dipakai lagk yaitu masuk dalam koper yang akan di kirim ke bandara,
  • Kategori 2 yaitu baju dan barang yang akan dipakai selama 3 hari perjalanan sebelum sampai di kota terakhir, masuk dalam koper kabin size (gimana caranya harus muat untuk 4 orang wkwk), koper ini akan di bawa kemanapun kita pergi
  • Kategori 3 yaitu baju dan barang yang akan dipakai di kota terakhir (H-2 kepulangan), masuk dalam koper yang kita kirimkan ke kota terakhir, usahakan sisakan space untuk beli oleh-oleh di koper ini (walaupun pada akhirnya, ga bawa oleh oleh banyak karena ga sempat dan kami bukan tipe yang demen belanja) wkwk.

Intinya, traveling with one baby and one toddler is challenging, but it can be an enlightening and eye-opening experience for kids!

Kita harus bisa kerjasama, ga bisa manjalita. Buang deh jauh-jauh standarisasi kalau ga mau ribet. Bisa ko! asik aja ga semenyeramkan itu. Untungnya anak-anak adalah morning person yang ga susah dibangunin. hoho.

Next time, mamak cerita lagi soal hidden gems, yang gimana caranya nemu salju, nemu sakura juga walaupun udah late spring! Kalau soal budget mah DM aja wkwk..

Salam dari mamak yang foto depan toko LV dg unusual manner 😁

Proses penyetaraan ijazah dari Luar Negeri (Prosedur terbaru berlaku mulai 1 Maret 2018)

Bagi teman-teman yang telah menyelsaikan studi di Luar negeri pasti akan berurusan dengan proses peyetaraan ijazah di Kemristedikti. Perlu diketahui bahwa proses penyetaraan ijazah ini bukan dimaksudkan untuk menentukan diakui tidaknya ijazah dan gelar yang diperoleh seseorang dalam menempuh pendidikannya di luar negeri, akan tetapi lebih kepada menentukan gelar yang diperoleh tersebut setara dengan ijazah jenjang pendidikan yang berlaku di Indonesia. Dalam prosesnya, dibutuhkan data dan dokumen penunjang yang menjadi parameter utama  penilaian seperti masa studi, program studi, kurikulum, kualitas tugas akhir, tempat tinggal, dsb.

Proses penyetaraan ijazah luar negeri ini biasa dilakukan dengan membawa dan menyerahkan berkas data dan dokumen yang dibutuhkan ke kementerian pendidikan dan kebudayaan. Berkas pengajuan penyetaraan akan diverivikasi dan proses penyetaraan biasanya memakan waktu 5 hari kerja. Jika telah selesai verivikasi, maka SK penyetaraan dapat diambil sendiri atau diwakilkan dengan membawa surat kuasa pengambilan.

Proses tersebut saya lalui ketika menyetarakan ijazah master degree saya di tahun 2014 dengan alur seperti di atas. Karena saya menempuh double degree program, prosesnya pun sedikit berbeda, sehingga berkas-berkas penunjang seperti MoU kerja sama, tesis dalam Bahasa Indonesia, surat jaminan beasiswa pun ikut dilampirkan.

Dalam rangka merealisasikan berbagai masukan baik dari pengguna maupun pihak mitra, Direktorat Akademik meluncurkan sistem baru, yaitu pendaftaran ijazah luar negeri secara online per tanggal 1 Maret 2018. Sistem ini dikembangkan agar waktu yang diperlukan untuk melakukan proses (pendaftaran) penyetaraan dapat lebih singkat, karena lulusan luar negeri dapat melakukan pendaftaraan dimana saja melalui internet sehingga memudahkan bagi pemohon yang berada di luar negeri/jauh dari Jakarta. Pemohon tidak perlu datang ke gedung direktorat akademik pada saat penyerahan berkas, pemohon hanya perlu datang untuk mengambil SK penyetaraan ijazah ketika SK telah diterbitkan.

Berdasarkan pengalaman saya dalam menyetarakan ijazah doktor saya bulan lalu, pada pelaksanaannya, system penyetaraan ijazah secara online ini memakan waktu yang lebih lama dan proses verivikasi yang bertingkat. Selain itu, berkas yang perlu dilampirkan pun bertambah dan lebih spesifik.

Berikut saya uraikan rangkaian proses dan alur penyetaraan ijazah secara sistem online.

  1. Membuat akun di http://ijazahln.ristekdikti.go.id/ijazahln/site/login.html dan masuk “login” dengan akun dan password yang telah dibuat
  1. Klik pendaftaran, form pendaftaran dan mengisi form sesuai dengan biodata diri, jangan lupa lampirkan pas foto terbaru.
  2. Mulai mengisi step kedua pengisian dokumen. Pada halaman awal memang tidak banyak disebutkan dokumen apa saja yang kita unggah. Berbeda dengan proses peyeteraan ijazah sebelumnya secara manual dimana pemohon sudah mengetahui dan mempersiapkan berkas apa saja yang perlu dibawa pada saat penyerahan berkas.

Menurut saya pribadi, beberapa dokumen yang dibutuhkan sedikit membingungkan, sebagai contoh scan katalog pedoman luar negeri dimana terdiri dari Kurikulum, silabus, program studi, gelar, link DOI, dan link katalog. Saya berasumsi bahwa scan jurnal merupakan dokumen publikasi ilmiah yang telah kita terbitkan. Kemudian, bagian dari katalog merupakan guideline catalog dari unviersitas asal (teman-teman bisa memintanya ke bagian akademik universitas asal), kebetulan universitas asal saya menyediakan katalog yang cukup lengkap sehingga kebutuhan dokumen terdeskripsi jelas. Meskipun pada akhirnya saya harus memilah-milah kembali bagian-bagian mana saya yang masuk ke dalam penjelasan dari Kurikulum, silabus, program studi, dan gelar, kemudian file saya scan terpisah seduai bagian tersebut. Link DOI saya asumsikan sebagai link publikasi artikel  ilmiah yang terekam dalam DOI (Digital Object Index), pengisian link ini tidak wajib, jadi bagi teman-teman yang belum mempublikasikan artikel ilmiah atau tidak memiliki DOI, kotak bisa dikosongkan. Dokumen pendukung lainnya saya isi dengan Residence card, Student card, Transcript, letter of acceptance, atau jika gelar sebelumnya berasal dari luar negeri jangan lupa lampirkan berkas SK penyetaraan ijazah sebelumnya.

4. Setelah melengkapi 100% semua dokumen, kita akan mendapatkan konfirmasi pengajuan by email.

Sebelumnya, saya mengajukan permohonan per tanggal 22 April 2018, namun keesokan harinya mendapatkan email balasan akibat kurangnya berkas sehingga proses permohonan ditunda.

Jadi, bagi teman-teman yang mengalami hal serupa, lengkapilah berkas via akun penyetaraan ijazah. Tahapan prosedur pengajuan dapat dilihat di laman depan web resmi; Diajukan, diverivikasi ke tim penilai, SK ditandatangani, SK dapat diambil. Semua proses akan diberitahukan melalui email.

Proses pengajuan dapat memakan waktu 3minggu sampai 1 bulan. Jika status “SK dapat diambil” maka langkah selanjutnya adalah tentukan tanggal pilihan pada laman akun, jangan lupa membawa materai dan pas foto terbaru. Pemohon pun akan mendapat pemberitahuan via email.

Semoga bermanfaat

Fittrie Meyllia

8 Juni 2018

Lima Rahasia Trip Efisien Ke Jepang

 

Edisi Golden Route

Seperti yang kita ketahui, belakangan ini Jepang menjadi salah satu destinasi wisata paling diminati, bukan hanya dari Indonesia saja tetapi juga dari seluruh dunia. Jepang tak lagi dinilai sebagai negara yang sulit dijangkau karena mahalnya, tak heran banyak maskapai penerbangan yang menawarkan beragam tiket promo ke Jepang. Tapi tahukah kamu, banyak kesalahan turis saat melancong ke Jepang karena minimnya pengetahuan tentang trip yang efektif dan efisien. Banyak yang telah membahas kiat-kiat penting untuk hemat melancong ke Jepang, seperti menginap di internet café/capsul hotel, menggunakan bus malam, membeli oleh-oleh di toko serba 100 yen, dsb. Tapi tahukah kamu, ada rahasia logis yang perlu kamu pertimbangkan saat akan merencanakan perjalanan ke Jepang (terutama golden route), entah akan backpacker-an atau tidak. Berikut saya ulas lima poin penting sebagai informasi dasar yang wajib diketahui sebelum kamu merencanakan perjalanan ke Jepang. Disimak ya…

1. Pilihlah penerbangan dengan rute multicity

Bagi yang merencanakan pergi ke Jepang, pasti akan terlena dengan promo tiket yang berseliweran belakangan ini. Tapi perlu di ingat, bukan hanya pemilihan tanggal dan harga tiket yang murah saja. Pemilihan bandara landing dan take off juga akan memengaruhi seberapa efektif dan efisien perjalanan kamu selama di Jepang. Kesalahan turis kebanyakan adalah kurangnya memperhitungkan hal ini, sehingga banyak yang memilih tempat landing dan Take off di bandara yang sama, alhasil selain tidak efektif dan efisien, kamu akan kelelahan di perjalanan. Jika dalam perjalanan kamu, kamu merencanakan untuk mengunjungi Golden Route (Tokyo, Mt. Fuji, Osaka, Kyoto)  saya sarankan pilihlah rute multicity, Sebagai contoh, kamu akan landing di Kansai (KIX) dengan tujuan destinasi Osaka, Kyoto, Kobe, Nara, atau Wakayama. Setelah itu, berangkat ke Tokyo lalu men-explore Tokyo. Jika kamu memilih take off di Haneda/Narita, kamu akan menghemat waktu dan tidak perlu lagi kembali ke Kansai. Karena FYI, jarak antara Tokyo-Kansai atau sebaliknya itu jauh gaiss..!! 500 km, sama seperti jarak antara Jakarta-Jogja.

Sekalipun kamu memiliki JR pass dan bisa menggunakan Shinkansen sesuka hati, Shinkansen tercepat (Nozomi) pun akan memakan waktu kurang lebih 3 jam, belum lagi persiapan menuju stasiun Shinkasen terdekat. Bagi kamu yang tidak membeli JR pass, pilihan menggunakan Night bus yang memakan waktu 1 malam pun jauh lebih melelahkan. So, pilihlah rute penerbangan yang berbeda antara Landing dan Take off.

2. Jangan selalu mengikuti Itinerary orang

Biasanya karena ingin mudah dan masih minim pengetahuan tentang Jepang, banyak  diantara kamu yang mengikuti Itinerary seseorang yang sudah pernah melancong Jepang. Some are trusted, but others not.! Mengikuti dan percaya kepada itinerary orang tak ada salahnya, hanya saja kita perlu kroscek lagi dan menyesuaikan dengan kondisi perjalanan kita. Sebagai contoh, itinerary perjalanan spring tentu saja akan berbeda dengan itinerary autumn atau winter. Meskipun destinasi wisata relatif sama, tetapi ada beberapa spot tertentu yang hanya bagus di musim tertentu saja. Sebagai contoh, Gala Yuzawa hanya akan dibuka pada saat winter. Banyak turis mengunjungi area ini untuk bermain ski/salju, sedangkan pada musim lain, pengunjungnya relatif sepi atau malah ditutup hingga winter berikutnya. Selain itu, jam operasi transportasi pun bisa jadi berbeda setiap musim. So, jika kamu memiliki contoh itinerary trip dari seseorang yang pernah ke Jepang, biasakan untuk kroscek dan perbanyak browsing. Bisa jadi prioritas keinginan setiap orang berbeda, apa yang mau dicari dan dinikmati.

3. JR pass tidak selalu menjadi solusi transportasi yang efektif

Kesalahan lain dari turis yang akan ke Jepang adalah mengandalkan segalanya pada kesaktian JR pass. Bagaimana tidak? Secara garis besarnya dengan merogoh kocek 3.5jutaan/7 hari kamu bisa berpergian ke seluruh jepang termasuk menggunakan Shinkansen sesuka hati. Tapi, perlu di ingat gais! JR pass sometimes does not solve your transportation problem. Pada kenyataanya, sistem transportasi Jepang dengan segala kejelimetannya bukan hanya terdiri dari Japan Railway (JR) saja, ada subway di masing-masing kota dan kereta milik perusahaan-perusahaan swasta. JR pass hanya akan men-cover perjalanan kamu dengan menggunakan JR line saja, tapi tidak berlaku yang lain, sehingga pada kondisi tertentu kamu harus membayar ekstra ketika menggunakan kereta non-JR. Memang pada prinsipnya, hampir semua destinasi bisa dilalui oleh JR, jika kamu buka www.hyperdia.com akan ada pilihan more options dengan menggunakan Japan Railway saja, maka akan keluar saran khusus untuk rute JR. Pertimbangan lain, efisiensi perjalanan kamu tergatung dari Itinerary yang kamu rencanakan. Selain JR pass untuk seluruh Jepang, ada juga jenis JR pass lain yang menawarkan penawaran sesuai dengan daerah tujuan, bisa cek disini untuk JR East dan disini untuk JR West. Jadi, secara matematis, bisa jadi biaya untuk trasportasi kamu akan lebih murah jika tidak menggunakan jenis JR pass. Satu lagi, IC card seperti PASMO, SUICA, ICOCA adalah IC card dalam bentuk e-money yang digunakan apabila kita memiliki saldo, jadi bukan Pass yang bisa digunakan berulang secara unlimited.

4. Pilihlah penginapan di tempat yang strategis tapi murah

Memilih penginapan adalah salah satu kunci apakah perjalanan kita akan efisien atau tidak. Pemilihan jenis penginapan tergatung selera dan budget yang kamu miliki, apakah akan menggunakan Hotel, hostel, capsul hotel, atau apartment. Selain jenis penginapan, pemilihan lokasi dimana kita akan menginap juga menjadi pertimbangan, selain kemudahan akses, biaya sewa pun menjadi pertimbangan. Terlepas dari lokasi yang strategis atau dekat dengan tempat wisata, pilihlah lokasi yang dekat dengan stasiun utama (stasiun yang terintegrasi antara beberapa stasiun JR, Subway, atau kereta swasta), hal ini akan memudahkan dalam mobilitas kita ketika kita harus menggunakan jenis kereta yang berbeda. Berikut lokasi yang saya sarankan dalam memilih peginapan:

  1. Osaka: dekat Namba st. Disamping akses menuju stasiun (JR station, Namba subway, Kintetsu station, Nankai Station) yang mudah dicapai, Namba merupakan area pusat perbelanjaan dengan tingkat mobilitas cukup tinggi, lokasinya strategis namun kadang penginapan di daerah ini cukup terbilang mahal. Alternatifnya, selain Namba adalah daerah Tennoji (Tennoji st./Abeno st.), meskipun area ini jauh dari pusat kota Osaka, tetapi harga sewa penginapan jauh lebih murah, dekat dengan stasiun shinkansen dan subway.
  2. Kyoto: Jika hanya akan mengunjungi Kyoto untuk satu hari, sebaiknya menginap di Osaka, karena penginapajn di Kyoto harga sewanya bisa dua kali lipat dari harga penginapan di Osaka. Untuk sekali jalan menuju Kyoto, dari Osaka bisa menggunakan JR line selama 30-40 menit, seharga 620 yen. Tetapi apabila ingin merasakan nuansa Jepang kuno dengan menginap di Ryokan, daerah Gion dan Gojozaka bisa menyuguhkan keontentikan Kyoto.
  3. Tokyo: Banyak pelancong yang beranggapan daerah Asakusa/Shibuya merupakan pusat kota yang strategis untuk menginap, tetapi rekomendasi saya jatuh pada area Shinagawa, kenapa?bukan pusat kota memang tetapi lokasi yang strategis (dekat dengan stasiun JR line termasuk shinkansen), selain itu penginapan daerah ini terbilang cukup murah, untuk hotel setara bintang 4 bisa diperoleh dengan harga sewa setara hotel bintang 2/3 di pusat kota Tokyo. Jika ingin praktis dan tidak tersesat, saya sarakan gunakan selalu jalur JR Yamanote line, karena jalurnya yang pasti berputar dan berhenti di stasiun besar saja seperti Shinjuku, Shibuya, Ueno, Ikebukuro, dll. walau memang ketika peak hour line ini akan penuh dengan orang Jepang.

Selain itu bagi kamu yang berencana Shopping, di kawasan Osaka, belanja murah dan lengkap terletak di sepanjang area Namba dan Shinsaibashi-suji atau Rinku Premium Outlets. Sedangkan d Tokyo sendiri, banyak pilihan lokasi belanja seperti Shibuya, Ginza, Ropponggi, Akihabara, Asakusa, dsb. Saya pun menyarankan Ameyakocho (Ameyoko) area, dekat Ueno st. sebagai salah satu lokasi belanja yang wajib dikunjungi, lokasi belanja yang tidak terlalu mewah tetapi barang yang ditawarkan pun bersaing atau bahkan bisa lebih murah dibandingkan tempat lainnya.

5. Pilihlah destinasi yang tepat sesuai dengan musim

Unforgetable moment kamu di Jepang dipengaruhi juga dengan musim apa kamu datang ke Jepang dan jika ingin mendapatkan momen terbaik pada musimnya, mulailah mencari informasi mengenai musim di Jepang dan destinasi terbaik di musimnya. Sebagai contoh: Sakura mulai bersemi dari Jepang bagian selatan ke utara sedangkan pada musim gugur daun momiji mulai berubah warna dari Jepang bagian utara ke selatan. Berikut saya berikan sedikit ulasan tentang beberapa destinasi unik yang jarang diketahui turis untuk di kunjungi pada musim tertentu:

Fuji area, Karena Fuji merupakan iconic symbol dari Jepang, setiap musim menyuguhkan pesona yang berbeda. Kamu bisa melihat sakura bermekaran di daerah Kawaguchiko sekitar pertengahan April (lebih lambat dari Tokyo) dan melihat daun momiji berubah warna di bulan Oktober-November. Memang tempat wisata ini tidak asing bagi kamu, tapi tahukah kamu waktu terbaik untuk menyaksikan pemandangan Mt. Fuji dengan panorama terbaiknya? Menginaplah di kawasan Kawaguchiko, lalu keluarlah pada saat matahari baru terbit atau akan terbenam.  Jika ingin mendaki, kamu dapat mendakinya di musim pendakian pada musim panas (Juni-September). Guidance untuk mendaki Fuji saya tulis di sini.

Minoo Waterfalls Osaka, Merupakan quasi-National Park yang terletak di Kota Minoh, Dengan menggunakan Hankyu line dari Umeda/Osaka station, lalu transfer di Ishibashi st. dengan durasi sekitar 30 menit, kamu bisa mencapai Minoh st. Tak jauh dari stasiun sudah mulai banyak penjual aneka souvenir dan makanan khas seperti Momiji Tempura. Untuk mencapai Air terjun utama dibutuhkan berjalan sekitar 2 km. Waktu terbaik adalah ketika musim gugur.

Soni Kogen, Nara Berlokasi di antara prefektur Nara dan Prefektur Mie,merupakan dataran tinggi yang luas dan di selimuti oleh Susuki. Susuki (薄) merupakan salah satu jenis Japanese Pampasgrass/Silver grass yang berubah warna menjadi kuning keemasan mendekati musim gugur.

Image may contain: sky, mountain, grass, cloud, outdoor and nature
Dokumentasi pribadi Author

Sagamiko Illumilion, Kota Sagami, dekat Tokyo Pemandangan iluminasi LED terbesar di area Kanto, yang berlokasi di Sagamiko Resort Pleasure Forest. Selain iluminasi,  beberapa wahana speerti kereta gantung dan bianglala pun tersedia di puncak bukit (sepanjang winter).

Tsurumiryokuchi Park, Osaka Berlokasi di International Garden and Greenery Expo 1990,  Osaka. Kincir angin merupakan simbol dari taman ini, setiap musim bunga yang berbeda akan bermekaran. Bunga Tulip yang mekar setelah sakura semakin mempercantik taman ini (akhir April).

Sand Dunes, Perfektur Tottori Berlokasi di kota Tottori, berjarak 3 jam dari Namba Osaka, sand dunes menjadi satu-satunya gurun pasir terbesar di Jepang. Waktu terbaik berkunjung  kesini adalah akhir musim semi/awal musim gugur (Mei-Juni). Ada Unta nya juga loh! Atau jika kamu ingin melihat pemandangan gurun pasri tertutup salju, kamu bisa datang di bulan Februari-Maret.

 

Gosho Aoyama Manga Factory (GAMF), Kota Hokuei, Perfectur Tottori Bagi penggemar anime Conan, kamu bisa mengunjungi museum Gosho Aoyama di Kota Hokuei yang merupakan kota asal dari Gosho Aoyama. Bukan hanya museum, semua tentang kota ini termasuk taxi, jalan, hingga stasiun bernuansa Conan!

Thousand Sunny cruise, Laguna Ten Bosch, Kota Gamagori, Aichi Bagi kamu penggemar anime One Piece, kamu dapat berlayar bersama LUffy dan crew secara nyata. Laguna Ten Bosch di Kota Gamagori, Aichi menyediakan paket berlayar dengan satu-satunya The real Thousand Sunny.

IMG_1135
Dokumentasi Pribadi Author


BONUS

Pilihan Alternatif Transportasi di Jepang

Tokyo:

Tokyo Wide Pass (10.000 yen/3 days): Men-cover seluruh central Tokyo dan beberapa daerah sekitarnya (Kanto). Men-cover JR east lines (termasuk Shinkansen untuk menuju ke Nikko, gala yuzawa, dan Karuizawa), Tokyo monorail, Izu kyuko line, Joshin Dentetsu Line, Saitama Urban Transit Line, Rinkai line (ke Odaiba), Fujikyu railway (Kereta untuk ke Kawaguchiko-station, destinasi untuk wisata area Mt. Fuji). Diskon masuk Gala Yuzawa untuk winter. Free reserved seat untuk beberapa line. Bisa dipakai untuk residen Jepang (selain Turis)

Tokyo furii kippu (1590 yen): One day pass untuk semua jenis Subway (Metro dan Toei) dan JR di central Tokyo.

Tokyo Subway Ticket (24 hrs: 800 yen, 48 hrs: 1200 yen, 72 hrs: 1500 yen):  Unlimited use untuk semua jenis Subway (Metro dan Toei), tidak valid untuk JR di central Tokyo

Tokunai pass (750 yen): One day pass untuk JR di wilayah central Tokyo.

Selain JR pass, bagi kamu yang hanya akan mengunjungi Golden Route, Hokuriku Arch pass bisa menjadi pilihan alternatif. Hampir mirip dengan JR pass, Hokuriku Arch pass men-cover unlimited ride selama 7 hari untuk area Kansai (Osaka, Kobe, Nara, Kyoto)-Hokuriku (Fukui-Kanazawa-Toyama)-Tokyo (Central city, Narita airport, Haneda Airport) dengan harga 25.000 yen. Mencakup Hokuriku Shinkansen (Shinkansen dari Osaka-Tokyo via Hokuriku area), JR lines, dan Tokyo Monorail. Namun hanya bisa digunakan untuk Turis dan Temporary visitor.

Kansai area:

Kansai Wide Area pass (9500 yen/5 hari): Unlimited ride untuk Sanyo Shinkansen di kawasan Osaka-Wakayama, JR west bus, Limited dan Local trains, Kyoto Tango railway, Wakayama dan electric railway. Hanya bisa digunakan untuk Turis dan Temporary visitor.

Osaka one day Pass/Eco card (800 yen weekdays, 600 yen weekends & Holidays): One day pass untuk Osaka city subway, Tram, dan Bus.

Osaka Amazing Pass (1 day: 2500 yen, 2 days: 3.300 yen): Unlimited use untuk Osaka city subway, New tram, Bus, dan private railways (hankyu line, Kintetsu line, Keihan line, Hanshin line, Nankai line). Pass ini terkenal dengan free entrance fee untuk beberapa tempat wisata. Worth it tidaknya tergantung dari estimasi jumlah tempat wisata yang akan dikunjungi.

Kansai Thru Pass (2 days:4.000 yen, 3 days: 5.200 yen):  Unlimited use untuk subways, private railways, dan bus di wilayah Kansai. Bisa digunakan dengan seling waktu (hari 1-2 dipakai, hari-3 tidak, hari-4 dipakai lagi). Free dan discount untuk beberapa tempat wisata.

Kyoto city bus Pass (500 yen): Unlimited use untuk city bus di Kyoto (Subway kyoto hanya terdiri dari dua line saja), jadi untuk menghrmat wisata area Kyoto, baiknya menggunakan bus, karena hampir semua destinasidapat dijangkau bus, kendalanya adalah Kyoto terkenal dengan kemacetannya.

Selain dari contoh pass utama di atas, adapula Kintetsu railpass yang bisa digunakan untuk wilayah Kansai, Mie, sampai Nagoya. Bagi yang ingin men-explore Fuji dan Hakone selama beberapa hari, bisa menggunakan Fuji Hakone Pass atau bila ingin one day trip bisa menggunakan highway bus yang berangkat dari Highway Bus Terminal 4F, Shinjuku station.

Masih bingung??

Perbanyak browsing atau kontak saya untuk konsultasi wisata ke Jepang (free), kalo masih bingung saya bisa menjadi Unforgetable guide kamu selama di Jepang. Enjoy your moments in Japan!

 

Japan, Endless Discovery!

 

Japan, Sept 4th 2017

Fittrie M. Pratiwy

*All pictures are subject to copyright and cannot be used without prior permission from the Author.

 

 

 

 

Orang Indonesia di Negeri-Negeri Penjajah (Part 2: Holland)

Malayan among the Caucasians

 

My Trip story has not finished yet, but over the last two years, my mood of writing has been decreasing. I certainly haven’t lost interest in the subject of the story, either.

 

Jadi saya lanjutkan ya, cerita tentang Solo trip saya yang kedua kalinya ke negeri biru (yang sebelumnya gak ngeuh bisa ceki ceki dulu di postingan ini dan ini)

 

20 Oktober 2015

Setelah sampai di Schiphol International Airport dengan muka bangun tidur, bau kesang dan masih jetlag, langsung keluar bandara, penasaran sama yang namanya simbol “I am sterdam”. Di luar masih gelap sih, walau sudah hampir setengah tujuh pagi. Beginilah solo traveler, mupeng pengen foto, suka ribet sendiri sama tongsis karena cuma ke bawa setengah badan.

Akhirnya-> “tolong dong sis…potoin ya..!” (ga jadi jadi sih, masih grogi minta tolong, takut di culik..)

15 minutes later

Minta tolong sama petugas berseragam ajalah biar aman.

“Could you like to take me a pict, Sir?” -> jadi juga minta tolong abang-abang bule, tinggi, gede, kasep.

“oh. OK, sure!”

(Ternyata Doi abang supir taxi dong!!!!!! Dan saya masih trauma insiden beberapa tahun lalu di Vienna International Airport yang di bego-begoin supir taxi bandara suruh nginep di hotel kota padahal udah sampe di Airport, modus nipu ongkos taxi, tapi untunglah walau masih bocah cilik 19 tahun, gak terpedaya begitu saja)

Tapi untunglah Abang-abang supir taxi ini baik kok. Cekrek cekrek…(Bagus sih, tapi si I gak kebawa juga, dan gw nya pendek banget :D)

IMG_0245

Akhirnya masuk lagi ke stasiun bandara, cari tiket kereta ke Rotterdam dengan menggunakan NS intercity direct! Saya memutuskan beli tiket ketengan karena saya pikir gak akan banyak berpergian pake kereta selama di Belanda. Tiket yang saya beli dari Schiphol Airport-Roterdam Centraal adalah sebesar € 11.90 untuk kelas 2 intercity, karena saya beli di loket, jadinya tiket yang saya beli kena additional cost lagi sebesar € 1. Sebenernya sempet bingung dengan sistem transportasi di Belanda-mana yang lebih efektif, mana yang lebih murah, sempat tanya adik kelas yang kebetulan sedang kuliah juga di WUR-sampai saya di suggest untuk join di grup Facebook “NS Group-tickets NL Netherlands Train”, grup untuk traveler yang mencari tiket grup NS, konon katanya ada paket tiket untuk grup yang akan pergi dari/ke tujuan yang sama dan harganya bisa jauh lebih murah dari tiket ketengan (kalo di Jepang sejenis 18 Kippu)-> sayangnya saya gak pernah dapet tiket grup di tanggal yang sama ke tujuan tsb, pasti keduluan bule-bule T.T

IMG_0259

Btw, informasi lebih jauh tentang sistem transportasi di Belanda, apa itu NS, dsb bisa di cek di sini ya.. atau untuk informasi jadwal kereta bisa download app di google store/app store “NS Reisplanner” Perjalanan dari Schiphol Airport ke Roterdam Centraal kurang dari setengah jam. Enaknya di Belanda akses free wifi lumayan mudah dan banyak, jadi traveler seperti saya yang gak pake paket data bisa terselamatkan.

 

IMG_0263

Sampailah saya di Rotterdam central jam 10 pagi. Baru keluar stasiun aja udah bener-bener amazed (mungkin saya kamfung kali yak…), setiap sudut di fotoin, tapi memang Rotterdam kota yang paling kece untuk desain arsitekturnya, gak salah lah di juluki sebagai “Mecca of Architecture”.

Hotel saya menginap di Bienvenue Hotel, hotel bintang dua yang lokasinya sekitar 500 m dari stasiun. Speechless mau bilang apa, 500 m itu gak jauh gais, sepanjang jalan saya di suguhi dengan pemandangan yang bikin “eye watering”, late autumn memang paling pas kecenya!

IMG_0399

Sesampainya di hotel, yang mpunya baik banget, berhubung kamar saya ada di lt 2 dna gada lift, doi bawain koper dan tas saya. waktu itu belum waktunya check in sih, jadi saya cuma drop koper aja, lalu dapet free drink, dan keluar buat keliling kota jalan kaki.

Berbekal map yang saya dapatkan di information center di Rotterdam centraal station, saya coba menyusuri tempat-tempat yang masih bisa terjangkau kaki. Bergerak ke arah selatan Rotterdam Centraal Station. Mulai dari cek tempat Conference untuk besoknya di De Doelen, lalu ke arah Central park sambil numpang makan kebab, dengerin Json Mraz-93 million miles, dan amazed banget sama ini kota karena keberagamannya. Selidik-selidik indeks diversitas penduduk kota ini sangat besar, gak heran kalo kita bakal menemukan banyak orang asing lalu lalang di kota ini, mulai dari orang Afrika, Asia, Eropa, Timur tengah, dan ternyata menemukan makanan halal di sini ga sesulit yang dibayangkan, banyak kedai-kedai halal, banyak juga penduduk muslim yang menggunakan hijab (Ya sih cantiknya badai, cantik arab-turki), tapi saya jadi lebih pede aja jalan dan ngerasa gak lagi jalan sendirian seperti alien, sesekali ngobrol dengan bocah cilik yang jago bahasa inggris atau keluarga arab-Turki yang lagi hang out, lalu di sapa sama cewe sebaya yang half-blood juga (Doi bisa sedikit bahasa Indonesia, dan saya bisa ngitung pake bahasa Belanda, akhirnya ngobrol panjang sampe ke silsilah keluarga. Tapi mungkin doi beruntung, menang bule nya banyak haha…).

Traveling solo does not always mean you’re alone. Most often, you meet marvelous people along the way and make connections that last a lifetime– J. Boone

Gak kerasa 3 Km menyusuri jalan kota bermodalkan map kertas, menyusuri canal-canal, Maritime Museum Rotterdam, dan sampai juga di Erasmus bridge.  Dan tau gak sih? Rotterdam menjadi salah satu dari ” The most sustainable creative cities” and “The most dynamic and diverse cities” karena setengah populasinya adalah non-Dutch origin dan 13% diantaranya adalah Muslim termasuk pak Walikotanya saat itu.

Di atas beberapa hasil jepretan saya sepanjang “solo walking tour” di Rotterdam.

 

21 Oktober 2015

Hari ini saya akan datang ke konferensi Akuakultur terbesar di Eropa, ini merupakan bagian dari World Aquaculture Society Conference, hal yang saya takutkan adalah saya jadi satu-satunya orang Asia diantara Kaukasoids. Acaranya dimulai jam 9 sih, tapi untuk jaga-jaga saya udah keluar Hotel jam 7.30 (karena harus jalan kaki 700 m dengan high heels dikala suhu 9 derajat itu berat dan masih gelap brooo). Sebenarnya breakfast mulai jam 8, tapi karena saya request akan pergi lebih awal, Si Meneer udah buatin vegan bread buat dibekal.. (So sweet yakkk..).

De Doelen..

Registrasi, masuk, opening ceremony dan belum saya temukan Asian. Semua bule tinggi-tinggi. Sampai akhirnya di tempat stand ketemu dua wanita yang berhijab dan Alhamdulillah mereka dosen di Borneo Marine Institute, UMS Malaysia (Dr. Fui dan Dr. Siti) dan menyusul temannya Dr. Fida, lalu ketemu lagi sama satu bapak peneliti dari Palau, Filipina (Miguel). Senangnya, jadi kita bisa hunting makan dan jalan-jalan bareng. Sampai kebablasan besoknya bolos konferensi demi jalan-jalan ke Sciehdam, pulangnya ke Cube House, Markhtaal, dan sekitaran Rotterdam Centraal.

22 Oktober 2015

Sampai get lost in th middle of “I don’t know where”, karena pede naik trem tanpa tau tujuannya kemana sampai terdampar di Schiedam (Kota bagian provinsi Holland selatan yang memiliki kincir angin terbesar di Dunia, kenyataannya kita gak pernah sampe ke kincir angin itu karena kecapean nyasar).

23 Oktober 2015

Hari dimana saya harus mempresentasikan paper saya diantara ratusan Kaukasoids. well done Fittrie!! Best oral presentation.

IMG_0466

24-25 Oktober 2015

Karena males nyusun itinerary, males mikir, males ngeteng, males jalan-jalan euro trip sendiri apalagi paris lagi heboh sama perempuan berhijab, saya memutuskan ikut tur yang saya dapatkan dari adik kelas saya di Wageningen University, lumayan lah 2 hari bisa ke Paris, Brussels, Aachen dengan duduk di mobil van. Karena rencananya dari Achen saya akan memisahkan diri dengan rombongan karena akan mengunjungi teman lama asal Slovenia yang sekarang tinggal di Munchen. (Aachen-Munchen? Dipikir deket pit?? nama doang deket, jaraknya dari ujung ke ujung Jerman). Sempet panis sih, karena tur sedikit ngaret, harusnya sampai Aachen jam 4 sore, ini jam 7, dan saya sempet was-was karean belum beli tiket kereta dari Aachen-Munchen (entah ada apa enggak kereta terakhir itu). Satu lagi, internet i Perancis, Belgia, Jerman lebih pelit dari Belanda.

Cerita solo traveling saya ke Munchen malam-malam modal nekat belum beli tiket dan kepastian penginapan dari temen, di lanjut di “Get lost 24 hours in Munich”.

Fittrie Meyllia

Tsu, 4 Agustus 2017

 

 

Fittre

TENTANG STRAWBERRY PUTIH DAN PISANG IKLIM DINGIN

Tadi waktu belanja ke supermarket sempat kaget dan penasaran sama white strawberry yang di bandrol JPY 680 setara IDR 80.000/SATU buah dan pisang kecil yang dibandrol JPY 580 setara IDR 70.000/SATU buah (sebelumnya pernah lihat juga sih white strawberry dengan harga lebih mahal, tapi satu buah pisang harga segitu luar biasa). Strawberry yang merah manis rata-rata satu pack-nya dibandrol seharga JPY 400-500an sedangkan pisang adalah buah yang paling murah dan selalu ada sepanjang tahun karena 99% impor dari negara tropis dan di bandrol per pack JPY 200-300. Karena gak ngerti dan penasaran, selidik punya selidik dari QR code dan brosur profil produk dan petani;

-WHITE STRAWBERRY ini adalah jenis 白い宝石(Shiroi Houseki) atau White Jewel yang dibudidayakan di Saga Prefecture, Kyushu Island. Ini bukan jenis Pineberry yang biasa ada di Eropa, Shiroi Houseki ini jauh lebih besar, lebih juicy, dan lebih manis (katanya). Strawberry ini di budidayakan di greenhouse dengan cahaya matahari yang terbatas dan rendah kandungan anthocyanin sehingga akan berwarna putih, jenis ini bukan hasil rekayasa genetika loh, melainkan murni hasil cross bred. Memang tidak seperti kebanyakan budidaya strawberry di dunia, di Jepang strawberry dibudidayakan di green house dan tau gak sih Jepang adalah produsen no. 1 dunia yang memproduksi strawberry manis. Jadi kalau berkunjung ke Jepang WAJIB coba ya strawberry.

Nah, tentang Strawberry putih yang mahal ini, cara pengembangannya lebih rumit lagi. Dalam greenhouse, temperatur dan cahaya matahari adalah faktor pling penting dan tingkat keberhasilannya rata-rata hanya 10% yang mampu menunjukan sifat albino walau setelah dipetik. Oleh sebab itu, penjualannya pun menggunakan “novelty price”. Pertanyaannya, rasanya tetap manis? Tentu! Bahkan lebih manis dari strawberry merah dan juicy seperti nenas. Ada yang mau membeli dengan harga tinggi? Ada! Tradisi di Jepang, buah mahal dengan novelty price macam ini biasa dijadikan gift untuk orang lain dan tidak memakannya sendiri, ini adalah suatu bentuk penghargaan si pemberi kepada si penerima. Berminat membeli? Bisa di cek disini

-PISANG IKLIM DINGIN, lain cerita dengan white strawberry. Pisang ini hasil penelitian petani di Okayama, Hyogo Prefektur, Jepang selama 4 dekade terakhir yang telah menghabiskan dana pribadi sebesar $4.3 million, tujuan dari penelitiannya untuk memproduksi pisang sesuai dengan iklim di Jepang sehingga dapat mengurangi impor pisang dari negara tropis ke Jepang. Ia mengembangkan prinsip “Recreating ice-age conditions allows tropical fruit to grow in record time-the freeze-thaw awakening method”. Metode artifisial rekayasa lingkungan ini dilakukan dengan membekukan anakan pisang ke -60°C. Dalam prosesnya, tanaman akan “bangun dari hibernasi” dan temperatur ditingkatkan bertahap sampai temperatur maksimal 12-13°C. Pisang ini diadaptasikan untuk dapat berkembang dan tumbuh pada suhu yang sangat rendah. Cerita tentang penelitian ini sudah lama terdengar, tapi baru kali ini menemukan produknya sudah di produksi masal oleh perusahaan perkebunan Shinmei dan dijual di supermarket. Bahkan dari tanggal 15-19 Maret 2017 mereka melakukan pameran di Asakusa, Tokyo tentang promosi “Japan Banana”. Pengunjung boleh menanyakan apa saja disini seputar pengembangan pisang ini. Harga yan di bandrol untuk satu fresh banana adalah JPY 1.055. Bahkan ada yang meminta daun pisangnya juga loh (daripada sayang jadi limbah).  


*Bertambah pengetahuannya berkat informasi yang ada pada produk walau ga tau penafsirannya tepat atau gak.

Fittrie Meyllia

Tsu, Jepang 11 Maret 2017

Sumber:

shiroiichigo.com

asia.nikkei.com

Profil produk Pisang Okayama SHINMEI AGRI Co., LTD

Facebook Asakusa Farm

Catatan Pendakian Fuji (Travel Guide: Beginner tips)

Siapa yang tak kenal dengan Gunung Fuji/Fujisan/Fujiyama?
Gunung vulkanik tertinggi di Jepang dengan ketinggian 3776 Mdpl atau setara dengan 12.388 kaki ini sudah menjadi ikon Jepang sejak lama dan sering disebut sebagai “The closest place to the sky in Japan“. Tak heran banyak traveler asing yang penasaran ingin mendaki atau paling tidak, pernah mengunjungi area ini. Tapi tahukah kamu apa makna Fujiyama? Dan mengapa Gunung ini sangat populer di kalangan orang Jepang sendiri?
Gunung Fuji merupakan salah satu dari tiga Gunung suci utama di Jepang, di puncak gunung ini terdapat kuil yang dianggap sebagai tempat keramat bagi orang Jepang. Jadi, mereka yang melakukan pendakian bukan tanpa alasan atau hanya ingin menuntaskan rasa penasarannya saja mencapai puncak, tetapi juga ada alasan yang lebih religis dan historis bahkan sebelum Meiji era Gunung ini ditetapkan sebagai “Sacred pilgrimage route” dan wanita dilarang mendakinya. Namun saat ini, gunung ini telah menjadi destinasi populer bagi wisatawan untuk melakukan “mount climbing” dengan tata krama yang baik tentunya (Bagian ini akan saya bahas selanjutnya).
Berikut catatan saya tentang pengalaman saya mendaki gunung fuji. Catatan ini merupakan kumpulan informasi yang saya peroleh sebelum pejalanan, bagaimana cara menuju kesana, persiapan apa saja yang harus dipersiapkan, barang apa saja yang harus dibawa, apa yang harus dan tidak boleh dilakukan, dan pengalaman pendakian. Mungkin sudah banyak blog yang menjelaskan secara rinci mengenai pendakian gunung Fuji, tapi saya percaya bahwa” Setiap pengalaman memiliki rasa yang berbeda.

 

1. Check before your climb!

Sebelum mendaki, baiknya jauh-jauh hari kita mempersiapkan perjalanan kita. Tidak seperti mendaki gunung-gunung tropis, dalam pendakian Fuji terdapat musim pendakian yang hanya bisa dilakukan pada waktu tertentu yaitu sepanjang musim panas (Juli-September), mengingat orang Jepang sangat peduli terhadap keselamatan pendakian dan kelestarian dari Gunung suci tersebut. Tentu saja kita bisa mendaki pada off season tetapi dengan resiko dan tanggung jawab yang tinggi dan harus didampingi oleh guide (tentunya ditentukan juga oleh kondisi cuaca ekstrim/salju). Tersedia empat rute untuk mendaki gunung Fuji yang dapat dibedakan dari kode dan warna penanda jalur, Yaitu:

  • Yoshida route (kuning): Dibuka 1 Juli-10 September
  • Fujinomiya route (biru): Dibuka 10 Juli-10 September
  • Subashiri route (Merah): Dibuka 10 Juli-10 September
  • Gotemba route (Hijau): Dibuka 10 Juli-10 September

Saran saya untuk beginner sebaiknya menggunakan Yoshida route, rute ini sangat memudahkan pendaki, yaitu terdapat banyak fasilitas toilet, pondok (Huts), first aid dan menjadi rute yang paling direkomendasikan untuk turis. Sedangkan rute terpedek adalah Fujinomiya route, tetapi pada rute ini fasilitas toilet dan pondok sangat jarang, jalurnya pun memiliki kontur yang lebih terjal bila dibandingkan dengan rute lain. Perlu diketahui, starting point dari pendakian Fuji umumnya dimulai dari pos 5, masing-masing rute memiliki pos 5 yang berbeda, jadi jangan sampai tertukar karena akses menuju pos 5 dari masing-masing rute pun berbeda.

2. How to get there?

Ada beberapa cara untuk menuju ke starting point pendakian, tergantung dari rute mana yang akan kita gunakan. Setelah mentukan rute, silahkan lihat akses menuju 5th station dari masing-masing rute. Karena pendakian saya menggunakan Yoshida route, maka saya harus sampai ke Fuji Subaru line 5th station.

Source: Fujitozan Advice Book, Yamanashi Prefecture. 2016.7

3. Equipment Check

Memperhatikan barang apa saja yang harus dibawa dan digunakan sangat penting. Jangan pernah menganggap enteng pendakian, karena situasi dan kondisi pada saat pendakian sangat flukatif. “Prepare for the worst and safety first”. Barang-barang yang WAJIB dipersiapkan antara lain:

-Wearable items:

Ransel+rain cover, Celana gunung+baju+underwear (yang mudah kering, melindungi dari matahari, dan ringan digunakan), Sepatu gunung/trekking, kaus kaki yang tebal, topi, kacamata UV, sarung tangan.

-Portable items:

a. Jaket (tahan angin dan dingin, direkomendasikan membawa jaket winter), rainwear (jas hujan terpisah antara baju dan celana), headlamp, air (1-2 liter wajib dibawa dari bawah, walaupun sepanjang pendakian terdapat pondok yang menjual aneka snack dan minuman, tetapi harganya semakin tinggi altitude semakin mahal), energy snack (cokelat, permen, makanan yang mengandung banyak glukosa), plastic bags/trash bags (tidak ada sama sekali tempat pembuangan sampah yang disediakan, semua sampah wajib dibawa pulang kembali), cash (semua pondok tidak menerima pembayaran kartu kredit sehingga harus mempersiapkan uang cash), coin 100 yen (minimal 20, untuk membayar toilet yang rata-rata seharga 200-300 yen atau membeli minuman di vending machine dengan kisaran harga 400-600 yen), portable oksigen (diperlukan untuk mengantisipasi pendaki yang terkena atshma atau altitude sickenss), cup ramen/bentou (saya sih pop-mie), obat-obatan pribadi, baju ganti, tongkat daki (bisa membeli di 5th station berupa tongkat kayu sederhana seharga 1000-1500 yen, disetiap pos bisa dicap), kamera, powerbank.

Untuk lebih jelas mengenai barang-barang yang direkomendasikan untuk digunakan dan dibawa silahkan cek disini

equipment check to climb fuji
Barang Bawaan versi saya

4. Preparation and Exercise
Sekali lagi, jangan pernah menganggap enteng pendakian, sekalipun kamu adalah expert!!! Selain mempersiapkan barang yang akan digunakan dan dibawa, persiapkan juga fisik dan mental kamu. Paling tidak 1-2 minggu sebelum pendakian, kamu harus latihan fisik.  Selain untuk melatih fisik kamu, exercise juga diperlukan untuk melatih dalam mengatur nafas.
Selalu buka perkiraan cuaca disini. Pada link yang saya berikan terdapat perkiraan cuaca pada spesifik altitude. Ini perlu dilakukan, mengingat, kita mendaki gunung sub tropis dan vukanik aktif. Selain itu,  mendaki pada musim pendakian bukan berarti selalu tanpa resiko, biasanya pada bulan-bulan ini justru terdapat badai topan yang biasa melewati kawasan Jepang (Contohnya pendakian saya, dilakukan 1 hari setelah badai topan melewati lokasi tersebut, dan ini sangat beresiko!).

5. Do and Don’t

  • Tidak seperti mendaki kebanyakan gunung-gunung di Indonesia. Kita diperbolehkan membuat kemah selama pendakian, tetapi tidak di Gunung Fuji. membuat camp/api unggun sendiri SANGAT DILARANG di kawasan ini. Oleh sebab itu, pada setiap rute terdapat pondok-pondok (Huts) yang bisa digunakan untuk menginap. Jangan harap kamu akan mendapat fasilitas seperti hotel/motel. Ini hanya sejenis bunk bed/matras dan semua pendaki tidur dalam satu ruangan, mulai jam 9malam-1 pagi pengunjung tidak boleh ribut. Harga pondok (hut) bervariasi tergantung dari letak altitude pondok, biasanya mulai dari 6000 yen tanpa makan. Rute yang paling banyak terdapat pondok adalah Yoshida route. Silahkan cek disini untuk melihat ketersediaan dan pemesanan karena biasanya pada musim pendakian kebanyakan pondok akan full reserved.
  • Jangan pernah membuang sampah sembarangan (semua sampah wajib dibawa pulang kembali, tidak ada tempat pembuangan sampah).
  • Jangan buang air/hajat sembarangan (tersedia toilet ramah lingkungan/recycle and reuse system yang bisa digunakan sepanjang pendakian dengan membayar 200-300 yen menggunakan coin 100 yen, ada diataranya yang menggunakan flush loh).
  • Jangan mengambil pasir/batu/tumbuhan/binatang sembarangan.
  • Jangan membuka jalur pendakian sendiri atau mendaki di luar jalur yang diperbolehkan ( Mengingat gunung Fuji merupakan world heritage dan gunung suci tempat ibadah orang Jepang, maka pendakian hanya diperbolehkan di 4 rute yang disediakan, jangan pernah menganggap pendakian macam ini “kurang menantang”. Jadilah orang bijak!Be wise tidak selalu Wild!).
  • Selalu hormati pendaki lain. Walaupun tidak saling mengenal ada baiknya ucapkan “konnichiwa” atau “otsukaresamadeshita” atau “ganbatte”.
  • Fakta yang akan kamu temukan ketika mendaki gunung Fuji; kamu tidak perlu khawatir akan kehilangan sinyal telepon meskipun berada di remote area. Jika kamu menggunakan provider Jepang, kamu masih bisa mendapatkan sinyal sampai Puncak. Bahkan pengelola bekerja sama dengan NTT menyediakan fasilitas FREE WIFI dengan koneksi sangat cepat di seluruh kawasan pendakian termasuk Puncak Gunung Fuji (Pokestop dan Gym juga ada loh). Selain itu kamu akan menemukan vending machine di Puncak (tidak perlu khawatir akan kekurangan air meskipun  kamu tidak menemukan sungai/sumber air, akan banyak toko yang menjual air minum dan snack, meskipun harganya bisa 3-4 kali lipat dari harga normal).
  • Tidak disarankan melakukan bullet climbing (mendaki tanpa istirahat, selain lelah, kamu akan mudah mengantuk dan lemas. Meskipun saya melakukannya :p)
  • Mendakilah dengan slow pace (ritme yang tidak terlalu cepat), ingat! kamu sedang mendaki, bukan tentang seberapa cepat dan hebat kamu sampai di puncak tetapi tentang keselamatan dan teknik yang aman dalam mendaki. Karena semakin tinggi altitude (ada tempat-tempat terjal yang ketersediaan oksigennya dan temperature yang drastis menurun), semakin cepat mendaki, semakin tinggi resiko altitude sickness (gejala yang biasa dirasakan adalah pusing, lemas, nausea, susah bernapas). Jika dibandingkan dengan gunung di Indonesia (tropis) yang memliki altitude yang sama dengan gunung Fuji, saya merasa perubahan suhu dan oksigen lebih ekstrim di Gunung ini.
  • Baca papan petunjuk dan Map, pastikan selalu jalur rute yang kamu pilih.

Silahkan cek di sini untuk mengetahui lebih jelas mengenai tata krama mendaki yang aman.

Image result for map of fuji climb
Yoshida Trail Map

6. Climbing time!

Ok, setelah membaca serentetan “aturan main” dalam mendaki gunung Fuji, saatnya saya memberikan sedikit pengalaman yang konyol/kurang baik untuk ditiru dalam pendakian gunung Fuji. Dimulai dari saya mengumpulkan informasi mengenai pendakian Fuji dan akses menuju ke 5th station. Karena waktu pendakian saya merupakan peak season (summer holiday dan Obon holiday), saya kesulitan mencari akses yang masih available menuju Fuji. Lokasi saya tinggal di Kota Tsu, Mie Prefecture. Akses yang paling mudah, murah, dan cepat adalah menggunakan highway bus dari Nagoya-Kawaguchiko station dilanjut menggunakan climber bus ke 5th station. namun sayangnya pada saat keberangkatan, saya tidak menemukan available seat, sehingga saya putuskan untuk pergi ke Tokyo (shinjuku) menggunakan Willer Express bus sekalian jalan-jalan. Dan, yang buat tambah deg-deg an adalah musimnya taifun (badai topan), sejak seminggu sebelum keberangkatan, saya selalu mengecek mountain forecast, khawatir pada tanggal pendakian, cuaca memburuk dan tidak memungkinkan mendaki. Saya berangkat dengan dua orang teman saya dari Tsu, Mba Eny dan Sule. Karena ini ceritanya curhatan, maaf-maaf jika ada kata-kata yang kurang berkenan 😜🙊.

16 Agustus 2016

20.03-21.16: Tsu-Nagoya by kintetsu (¥1210)-> Masih rutin cek mountain forecast, tepat saat itu badai topan masuk ke Yokohama. Masih H2C bisa mendaki atau tidak.
23.15-06.00: Nagoya Sasashima live bus center-Tokyo Ikebukuro sta. By willer express bus (¥4900) -> ini dikarenakan gak dapet bus dari Nagoya-kawaguchiko, Gak dapet bus dari Tsu-Shinjuku atau Nagoya-Shinjuku.
(Ceritanya hampir ketinggalan bus, karena kami tidak tau lokasi bus center. Kami kira tidak jauh dari Nagoya station, taunya harus naik 1 kali lagi subway. Dan kami memutuskan untuk JALAN KAKI, jauh, muter-muter karena ada perbaikan jalan, dan tepat 1 menit  sebelum keberangkatan kami sampai di lokasi.)

17 Agustus 2016

06.00-09.00: free time-> Masih berangin kencang, hujan sisa badai semalam.
(Niatnya cari sarapan, cuci muka, jalan-jalan sekitar Ikebukuro, nyari musholla Ikebukuro taunya malah dibawa Mbah google ke Tailor Shop, akhirnya kami langsung menuju Shinjuku station dengan kereta (¥160), sarapan dengan bentou seadanya (Makasih Mba Eny buat bentounya) dan jalan-jalan di mall Shinjuku, sambil nyari rain cover karena salah beli ukuran. Banyak sih outdoor shop tapi baru buka sekitar jam 11, akhirnya tidak jadi membeli apapun, hanya mampir convenience store untuk beli perbekalan seperti air mineral 1 l, pocary sweet 250 ml, cokelat 1 bks, permen 1 bks, energy drink 1 btl, snack 1 bks, dan nasi microwave karena nasi bekal kita takut basi jadi lebih baik beli nasi microwave, di microwave di convenience store selama 3 menit, masukan wadah bento, hehe.)

Langit Cerah Depan Shinjuku Station
Langit Cerah habis Typhoon Depan Ikebukuro Station

10.45-13.10: Shinjuku bus terminal-5th station of gogome, Yoshida trail (¥2700)-> cek climber bus di sini, sebaiknya reservasi terlebih dahulu karena selama musim pendakian bus akan banyak di reservasi. Pembayaran bisa dilakukan di tempat.
(Lokasi highway bus terminal di Shinjuku berada di lantai 4, gak usah minder bawa backpack besar karena kamu di sana akan bertemu banyak orang yang akan mendaki Fuji. Saya berencana mendaki pukul 5 sore, alasan saya tiba lebih awal adalah aklimatisasi dengan suhu yang sudah mulai menurun, kira-kira musim panas di Tokyo suhu sekitar 30-35 °C, di 5th station (2305m) berkisar 11-15 °C. waktu yang tersisa bisa digunakan untuk ganti baju, preparation, packing, makan siang, dan meninggalkan barang bawaan yang tidak terpakai di coin locker yang tersedia di toko-toko 5th station. Banyak juga toko yang menjual dan menyewaakan outdoor gear, restaurant, post office, dll).

5th Gougome station

5th Gougome station Dirgahayu RI ke-71
5th Gougome station. Dirgahayu RI ke-71
 

17.00 Pendakian dari 5th station
(Banyak opsi yang kami persiapkan, banyak pilihan pendakian yang kami buat, mengingat cuaca sedang tidak menentu dan ekstrim. Hal pertama yang kami lakukan di 5th station adalah mengunjungi information center. Menanyakan apakah memungkinkan mendaki pada saat itu, kondisi cuaca terakhir akibat badai topan, dan menanyakan kemungkinan memesan Huts on the spot dalam keadaan mendesak . Kami hanya khawatir, di tengah pendakian, badai masih berlanjut. Setelah bertanya, pihak information center mengabarkan akan ada hujan deras mulai pukul 18.00. Pendakian menuju puncak pada umumnya 6-8 jam-dan karena cuaca buruk meskipun termasuk peak season-banyak pengunjung yang membatalkan pendakian termasuk membatalkan reservasi Hut. Status kami belum memesan Hut, karena memang akan melakukan bullet climbing dan tarif harga Huts rata-rata mahal, hehe. Right Decision making benar-benar dibutuhkan di sini. Pilihannya, bullet climbing dimulai pukul 5 untuk menghindari hujan, jika di tengah pendakian tidak memungkinkan melanjutkan ke puncak, maka kami akan memesan Huts di 8th station (erkiraan sampai 8th station pukul 9 malam). Pilihan yang kedua, jika memungkinkan melanjutkan pendakian dari 8th station, maka kami akan berhenti di setiap station lebih lama, ketimbang terus mendaki, karena berada di altitude tinggi dalam durasi yang lama akan lebih beresiko).
IMG_7753

6th station (untuk sampai: 50 menit)
Lokasi Mt. Fuji safety guidance center/police station-> pastikan untuk selalu mengecek  weather forecast dan informasi tentang situasi rute. Cuaca masih belum hujan tapi berkabut, jalan landai panjang sedikit mmbosankan, tetapi harus tetap menjaga ritme.

7th station (untuk sampai: 60 Menit)
Ketinggian 2700 m. Pondok (Hut) pertama yang ditemui (Hanagoya), jalur sedikit menanjak, trap buatan dari kayu, masih belum hujan, sempat bertemu pelangi, masih juga sempat lihat sunset di sini. Bisa istirahat sebentar, ada tempat duduk di luar Hut walau terbatas, ada warung, dan bagi yang membeli tongkat kayu di 5th station bisa di cap di sini sekitar 300 円.

IMG_7756

IMG_7760
Hello rainbow!!!
 

7th station first aid (Untuk sampai: 20-30 menit)
Melewati dua pondok, Hinode-kan dan Nanagome Tomoe-kan. Lokasi First aid center-> satu-satunya medical center, ada dokter dan tersedia juga obat-obatan.

IMG_7786

8th station first aid (Untuk sampai: 60-80 menit)
Melewati Pondok Kamaiwa-kan, Fujiichi-kan, Torii-so kan, dan Toyo-kan. Jalan tangga berbatu, sudah mulai menanjak, curam berbatu dan harus wall climbing. Jangan kira ini adalah “The real 8th station” dan merasa tinggal 2 station lagi->puncak :p Saran saya tetap jaga ritme, jangan terlalu cepat, atur napas. Saya mulai kesulitan mendaki, udah tua napas tingga setengah dan karena sedang dalam masa datang ***** 😝 sakit perut cuyyy.

21.00 akhirnya kita berhenti di Pondok setelah 8th station first aid, Taishi-kan (3100m). Ada space yang lumayan luas. Dan berpikir masih jam 9, lebih baik istirahat karena tujuan kita sampai di Puncak itu ketika sunrise. Hal yang kami lakukan pertama, menanayakan apakah masih ada masih ada space menginap di hut atau tidak? penuh! akhirnya kami meneruskan ke pondok selanjutnya (15-20 menit wall climbing). Berhenti di Horai-kan. Masih ada space untuk menginap, tapi mahal, 6500/malam, mereka tidak menerima tamu dengan bayaran per jam. Sedangkan perkiraan, kami baru akan naik lagi sekitar jam 1 malam, jadi sebenarnya hanya membutuhkan istirahat sekitar 4 jam. Akhirnya tidak jadi menginap. Hanya numpang menyeduh pop-mi sama kopi (air panas/gelas 200 yen, plus ke toilet 200 yen).  Alasanya, cuaca lumayan cerah, langit berbintang dan bulan purnama, walau nampak kilatan petir di awan bagian bawah. Stay di luar yang dinginnya kira-kira 8°C. Sempat ngantuk-ngantuk, ngobrol sama bule atau sama pendaki tua yang lagi nyari pokemon. 🙈

23.00 Meneruskan pendakian karena sudah mulai turun hujan (awan petir dan kabut sudah mulai bergerak ke atas), Yup, kalau menurut saya ini jalur terjal berbatu, mau tidak mau mendaki harus menggunakan tangan dan tongkat kayu. Apabila pendakian dilakukan malam hari, penting sekali menggunakan headlamp, (saya rabun ayam :p). Mulai dari sini pendakian berasa lama, daritadi station 8 terus dan akan menemukan banyak pondok setiap 20 menit mendaki.

IMG_7804

Real 8th station 3.360 m (sampai 60-80 menit dari taishi-kan)
Istirahat sedikit lebih lama. Orang-orang yang menginap di pondok sudah mulai bangun, banyak penjual yang menawarkan minum dan snack (harga gak usah tanya, mahal!!), di sini juga banyak orang-orang yang mulai menggunakan portable oxigen. Mulai dari real 8th station ini Real climbing dilakukan. Bukan hanya fisik, tapi mental (Harus tenang, ga kuat bilang, jangan egois, jangan latah sakit, semangat gak boleh kendor). Biasanya banyak yang menyerah di pos ini, disamping altitude yang semakin tinggi, maka akan semakin berkurang oksigen, akan semakin menurun temperatur, semakin kencang angin apalagi sisa badai, hujan dan kabut sudah  semakin naik, sempat jarak pandang tak terlihat (burem saya mah pake kacamata). Di sini juga titik temu antara Yoshida trail dengan Subashiri trail. Maka bertemulah pendaki dan jalur trekking mulai macet.

01.30: 8.5 th station 3.450 m (sampai 60-80 menit)
Kami berhenti cukup lama di pos ini. Satu  Jam istirahat, karena hujan dan kabut tebal(lagipula masih malem cuy!!Fujisan Hotel pondok loh, bukan hotel 😜). Harga 1 btl air mineral 250 ml yang biasanya 100-130 yen di sini di jual 500 yen!!! Air saya masih awet sejak dari shinjuku, masih ada sisa 200 ml lagi dari 1 liter. Orang-orang sudah mulai padat merayap dan traffic human di lintasan trekking yang hanya bisa dilalui 2 orang.  Setelah jalan berbatu, jalan berpasir dan berkelok menanjak curam, sedikit egois bisa membahayakan orang yang ada di depan dan belakang. Inilah saat-saat paling berguna tongkat yang kita bawa. Mulai banyak volunteer yang menyemangati dengan bilang “ganbatte, Puncak bentar lagi!!” walau dia kata 500m lagi, in real itu 1.5 km lagi!!!
IMG_7806

 
IMG_7809

03.30 9th Station 3.580 m (sampai dari 8.5th station 60 menit karena traffic human)
Disini, dua teman saya lemas sakit kepala dan mengantuk, mereka minta istirahat sebentar di bahu jalan yang sedikit luas, dan saya beri portable oksigen. Mereka tertidur sekitar 30 menit (sedangkan saya tetap melek). Saya khawatir tidur bisa semakin melemaskan, sebelumnya saya kesulitan mendaki di 8th station karena sakit perut, inilah bahayanya bullet climbing. Saran saya tetap jaga ritme, terus makan glukosa/permen, simpan tenaga dari awal. 04.00 saya bangunkan mereka, karena memang volunteer dan rombongan tour sudah terlalu berisik, ini perjalanan betul-betul yang tidak bisa dianggap sepele, sekalipun kamu pernah mendaki lebih ekstrim. Kalo kata orang tua “Jangan sompral”. Banyak yang merasakan altitude sickness, banyak yang cedera lalu di bantu perlahan oleh rekannya, banyak orang lanjut usia yang masih punya semangat walau lelah. Dan ada juga teman saya yang mengigau penampakan 🙈🙈🙈

Perjalanan masih sama, jalan menanjak, berkelok zig-zag. The longest part of my life!!

04.45 SUMMIT!!! 3376 m
Kami sampai tepat ketika “waktu” sunrise, di tandai dengan gerbang “torii” (dan saya menghirup bau dupa, gak kuat batuk, butuh oksigen :p). Sayang mendung hujan, NO SUNRISE!!!!No Sunrise at the top of the land of rising sun!!Just chilly wind and foggy!! That’s OK!! (kita nikmatin foto-foto gelap-gelapa). Akhirnya menemukan spot dekat kawah yang ada monumen gunung fujinya, foto-foto satu jam. Dan HUJAN DERAS!KABUT TEBAL!REALFEEL MINUS 2!!

IMG_7824
No Sunrise!!!

06.00 berteduh sambil beli udon (1000 yen 1 cawan kecil, dan kopi kaleng 400 yen), saya ngantuk dan tidur 1 jam sambil kedinginan. Di luar masih kabut tebal.

07.30 hujan reda, kabut mulai turun ke lembah, puncak mulai cerah. Dan kami mulai keliling puncak, foto-foto, ke toilet. Tenang di sini ada WIFI ada vending machine, ada pokestop ada gym 😛

Puncak Mulai cerah!!
Puncak Mulai cerah!!
EXIF_HDL_ID_1

EXIF_HDL_ID_1

IMG_7892
Crater of Mt. Fuji
IMG_7935

I conquered The Summit of Mt. Fuji
I conquered The Summit of Mt. Fuji
 

10.45 Turun gunung

Jalur turun gunung berbeda dengan jalur naik, silahkan perhatikan plang bertuliskan “Descent of Yoshida trail“. Jalur terjal berkelok zig-zag, relatif sama sampai 5th station dengan jalan berpasir. Kadang ada eskavator lewat entah yang mengangkut bahan pangan, minyak, sandang ke puncak atau yang meratakan jalan agar pasir cenderung rata. Ketika kami turun kabut semakin tebal, angin, hujan, jarak pandang hanya 1-2 meter saja. Tongkat kembali berfungsi sebagai penahan pijakan dan rem. Teknik yang salah bisa embuat jempol sakit 😛 kalo saya pilih jalan miring, mundur, tumpuan pijakan tumit dan kaki samping, macem-macem lah.. REKOR!! TURUN 2.5 JAM SAJA!  :p kesetanan pengen ke kamar mandi. Di jalur turun, toilet hany ada di station 8.

 

13.15 sampai di 5th station
Kaki sumpah gempor!!! sakit!! ambil baju ganti di coin locker (500 yen semalam), ganti baju, beli oleh-oleh dan cari bis pulang. Awalnya kami mau naik shinkansen, tapi setelah membandingkan durasi waktu di sini lebih efektif menggunakan Meitetsu highway bus dari Kawaguchiko station ke Nagoya. Awalnya saya ragu, karena harus reservasi terlebih dahulu. Keberangkatan saja, kami tak dapat. Akhirnya saya coba hubungi untuk reservasi meitetsu highway bus, beruntungnya kami masih dapat bus jam 18.00 dari Kawaguchiko station-Nagoya.

15.10-15.55 Bus dari 5th station- Kawaguchiko station (1500 yen)
Bisa pesan di bus ticket counter 5th station. Walau mahal, jangan harap bisa duduk. Ini bis sama dengan bis sanco (dan kita BERDIRI karena udah ada duluan glodok yang duduk).

16.00-17.30 Makan, lapar!!! ada japanese restaurant yang rata-rata bisa berbahasa inggris. Kami memesan tamagodon (nasi dengan telur orak arik di atasnya: 680 yen).

18.00-22.30 Kawaguchiko station-Nagoya Meitetsu center (4000 yen)
Tidur di dalam bis.

23.04-00.00 The Last kintetsu express train to Edobashi!!! (1010 yen)
Sampai di Edobashi, Tsu city, Mie prefecture, Japan-> Apartment.

Sekian informasi dan sedikit curhatan saya sewaktu mendaki Fuji. Pelajaran yang betul-betul saya ambil adalah bukan kebanggaan mencapai puncak tertinggi Jepang, tapi proses pendakian yang tidak bisa dilupakan begitu saja, bukan hanya bagaimana menghargai alam, bagaimana juga menghargai adat dan kepercayaan orang lain. Ini bukan persoalan setinggi apa gunung yang di daki, bukan! Dan bagi saya yang sudah pensiun 7 tahun dari pencinta alam, pendakian ini tidak mudah dan jauh berbeda esensinya.
Semoga bermanfaat.
Fittrie Meyllia
Tsu, 31th August 2016

Source:
Fujitozan Advice Book, Yamanashi Prefecture.
http://www.fujisan-climb.jp/
https://www.fujimountainguides.com/mountain-hut-reservations.html
http://www.mountain-forecast.com/

Click to access en_fuji_route_options.pdf

http://www.meitetsu-bus.co.jp/english/expressway/

 

Backpacking ke Korea Selatan Tanpa Visa

Saya ingin berbagi tips dan trik untuk para backpacker yang ingin menjelajahi negara transit. Kali ini destinasi transit tujuan saya adalah Korea selatan. Enam bulan lalu saya merencanakan pulang ke Indonesia di bulan Maret/April dari Jepang. Awalnya memang sengaja mau cari tempat transit berbeda yang bisa juga dijelajahi tanpa visa. Biar bisa sambil mendayung dua tiga pulau terlampaui hehe. Hasil googling sana sini akhirnya memutuskan untuk bisa transit di Korea Selatan sebelum pulang ke Indonesia. Hasil penelusuran saya, bahwa WNI itu bisa bebas visa ke Korea dengan syarat. Bahkan untuk kasus-kasus tertentu, traveler yang berangkat dari/ke  Negara-negara tujuan yang termasuk dalam kategori The Five advanced countries (Australia, Jepang, Kanada, Amerika, dan New Zealand) melalui Korea selatan (Transit) akan mendapatkan bebas visa paling lama 30 hari atau sesuai kondisi dan situasi, dengan catatan traveler wajib menunjukan bukti tiket terusan penerbangan selanjutnya dan visa ke Negara tujuan ketiga dalam durasi tersebut (silahkan cek di sini atau di sini). Sebagai contoh dalam kasus saya, saya berangkat dari Jepang akan pulang ke Indonesia melalui Korea selatan, berarti saya harus  menunjukan boarding pass dari Jepang, tiket terusan ke Indonesia, dan visa Jepang saya (Ini wajib ya). Hal sebaliknya pun berlaku demikian, jika ada traveler yang berangkat dari Indonesia ingin ke Jepang dan memilih Incheon Airport sebagai tempat transit, silahkan membuat visa negara tujuan yang termasuk salah satu dari 5 negara di atas terlebih dahulu, kemudian tunjukan pada petugas imigrasi di Korea selatan beserta tiket terusan ke tujuan (Saat ini, tujuan  Jepang sudah tidak berlaku lagi, namun masih berlaku bagi WNI yang mau berangkat Ke Australia, Amerika, Kanada, New Zealand via Korea Selatan jika ingin keluar bandara korea) atau bagi yang sudah menetap di Jepang silahkan tunjukan residence card anda.

Pengalaman saya kemarin, karena saya juga gak berencana tinggal lama di Korea, jadi saya memutuskan untuk mencari jadwal penerbangan yang memiliki transit maksimal 1 hari sehingga saya bisa menginap di bandara tambah lagi saya penasaran dengan fasilitas lounge-nya. Oya, saya pilih maskapai asal Korea Selatan (Bisa Korean air atau Asiana Airlines). Logikanya pertama, yang menggunakan Incheon International Airport sebagai tempat transit adalah maskapai-maskapai yang berasal dari Negara tersebut, kedua maskapai ini juga memilikk fasilitas lounge yang super oke di Incheon International Airport, sekalipun untuk traveler kelas ekonomi loh. Fyi, Incheon Airport merupakan salah satu bandara dengan fasilitas terbaik dunia termasuk lounge dan program free transit tour-nya.

Singkat cerita, tiket yang saya dapatkan untuk pulang ke Indonesia sesuai dengan keinginan saya (Layover 1 hari, bebas visa transit, fasilitas lounge, free transit tour) adalah Asiana Airlines (5 star Alliance) dengan harga sekitar 50.000 yen PP open ticket 3 bulan. Berhubung masakapai ini susah untuk dibook online, jadi saya putuskan menggunakan travel Agent (tinggal tambah handling fee). Saya gak kasih testimoni lebih lanjut soal pelayanan maskapai ini, silahkan cari tau d review maskapai yaaa..

Saya berangkat dari Chubu Centair (Nagoya) kemudian landing di Incheon International Airport Sekitar pukul 20.30 dan merencanakan untuk menginap di Lounge Airport. Bagi traveler yang punya niat juga untuk menikmati lounge segera ke bagian transfer, setelah melewati security check dan teruskan ke area departures yang terletak di lantai 3. Bagi yang ingin langsung keluar jalan-jalan, setelah landing silahkan lanjut ke petugas imigrasi di bagian Arrival (Jangan lupa isi form kedatangan).

Di lantai 3, traveler akan melihat banyak toko duty free, kalau beruntung kadang ada pertunjukan budaya. Jika kamu exit di dekat Gate 25/29, kamu akan menemukan information desk khusus untuk Incheon free transit tour. Sayangnya saya sampai malam hari dan sudah tidak ada orang di sana. Desk ini khusus membantu bagi traveler yang ingin ikut free tour dan sudah berada di bagian keberangkatan/di dalam bandara. Pemandu akan datang setiap 30 menit sekali mulai pukul 7 pagi hingga 3 sore. Sedangkan bagi yang memilih untuk beristirahat atau mandi, tersedia lounge khusus Asiana airlines dan Korean Airlines, pastikan untuk mengunjungi lounge sesuai maskapai yang digunakan, silahkan lihat peta Incheon Airport untuk memudahkan. Kebetulan lounge Asiana airlines ada di dekat gate 29, langsung saja naik eskalator/elevator ke lantai 4. Sebelah kanan untuk kelas bisnis dan jika terus ke kiri disediakan untuk lounge terbuka untuk penumpang kelas ekonomi. Akan ada banyak sofa untuk relaksasi (luas, banyak, nyaman untuk tidur), charging spot, internet corner, bathroom yang free digunakan termasuk handuk dan amenities dengan menunjukan bukti boarding pass, termasuk penitipan tas dan bagasi (persis berada di depan Heineken Bar, jadi di Incheon Airport tidak ada coin locker seperti di Jepang, perlu diingat penitipan tas hanya berlaku sejak pukul 7 pagi hingga pukul 9 malam).

Selain itu, traveler juga bisa menikmati fasilitas sauna and massage atau Lounge Hotel dengan menambah biaya dengan tarif tertetu. Kebanyakan toko duty free dan fasilitas yang ada di bandara ini juga hanya buka sampai pukul 9 malam termasuk beberapa restoran, jadi tidak banyak yang bisa dilakukan jika kita landing setelah pukul itu, dan saya memilih untuk segera ke Lounge. Kebetulan penitipan bagasi sudah tutup, jadi hanya istirahat makan bekal, charge Hape, dan tidur lumayan nyenyak, tidak perlu khawatir akan kehabisan spot, area ini cukup luas kok.
Besok paginya, tempat mandi dan penitipan tas buka pukul 7 pagi, sedangkan saya sudah reservasi online ikut free transit tour dari website untuk keberangkatan pukul 8. Karena khawatir proses imigrasi yang lama dan ribet, belum lagi antriannya, dan cerita teman yang gagal dan dipersulit keluar bandara bikin deg-degan, saya memutuskan untuk stay di depan Transit tour desk di gate 29 sebelum pukul 7 tanpa mandi dan dengan membawa koper cabin 10 kg+backpack (cangkeul plus beurat). Ternyata pemandu datang ke booth pukul 7.30, beruntungnya saya berada di antrian pertama, dia menawarkan paket tour lain selain dari paket tour yang telah saya booking di website (paket tour 5 jam) mengingat penerbangan saya adalah malam hari jadi saya ditawari dua kali transit tour yang berbeda. Saya pikir dia akan melayani proses keimigrasian dan memproses paket tour kita, ternyata dia hanya bertugas menginformasikan apakah kita bisa mengikuti tour ini atau tidak merujuk pada kelengkapan berkas dan visa, paket tour apa saja yang tersedia. Setelah seluruh traveler yang mengantri dilayani, maka dia akan mengantar kami melewati security check dan kami harus mengantri “lagi” untuk melewati proses imigrasi (Ini proses imigrasi di Arrival gate yang saya jelaskan di atas, jadi kalo kamu tiba pagi hari/siang bolong mau langsung ikut free transit tour tanpa harus masuk ke lounge, setelah landing silahkan menuju gerbang imigrasi). Dan amazingnya, pagi-pagi itu waktu yang padat, antrian mengular dan bisa makan waktu 1 jam untuk tepat sampai di depan petugas imigrasi. Well, saya ketinggalan free tour yang sudah saya booking. Jadi saran saya kalo kamu menginap semalam di lounge, pagi-paginya gak perlu nunggu pemandu di Gate 29 atau transfer desk yang berada di area transfer, cukup turun ke Lt 2 dan proses security check lalu ke petugas imigrasi sendiri, apalagi bagi yang mau ikut tour pukul 8 pagi.

 

Sampai di antrian pengecekan imigrasi jangan lupa isi form kedatangan  ya. Dan ini nih yang paling penting, begitu sampai di loket imigrasi tunjukan bukti boarding pass pesawat sebelumnya dan tiket terusan ke negara tujuan ketiga, visa Jepang, atau jika kamu menetap di Jepang silahkan tunjukan Residence card/alien card (Dijamin alien card jepang itu ampuh dan mempercepat semuanya). Kalo kamu hanya turis saja/pemegang visa single entry Jepang, yang perlu di pastikan adalah visa Jepang kamu masih berlaku. Jadi misalnya, kamu berangkat dari Jepang tujuan Indonesia dan visa kamu masih bisa digunakan 3 bulan kedepan, jangan lupa lapor ke petugas imigrasi di Jepang bahwa kamu akan kembali lagi ke Jepang sehingga kamu akan diberikan form kuning untuk multiple entry permit dan pastinya residence card kamu gakan di bolongin. Itu berdasarkan informasi dari petugas bandara mengenai visa single entry. Well, yang terakhir Hoki-hokian hehe. Setelah itu pada lembar visa di passport, kita akan diberi cap entry permit di Korea selama 30 hari.

Lolos melewati gerbang imigrasi, silahkan turun dan mengisi form bea cukai, lalu keluar bandara dan datang ke Incheon Airport free transit tour desk (persis berada diantara gate 8-9, buka mulai pukul 6 pagi sampai 6 sore). kamu harus mendaftar ulang meskipun sudah melakukan reservasi via website. Sekalipun kamu belum melakukan reservasi online, kamu dibolehkan mendaftar di tempat. Disitu kita harus menunjukan paspor, visa, dan boarding pass penerbangan selanjutnya (untuk memvalidasi tour yang bisa diikuti, miminal 1 jam sebelum keberangkatan sudah harus kembali ke airport), enaknya kita bisa menitipkan bagasi cabin di booth mereka :D. Kebetulan saya ketinggalan transit tour jam 8 pagi, jadi saya ikut jadwal tur selanjutnya yang membawa saya ke Bukchon hanok village, Kwangjang market, dan taman di Seoul untuk menikmati cherry blossom selama 5 jam PP dan itu semua GRATIS kecuali kita mau beli souvenir atau jajan makanan khas lokal korea. Kita akan dipandu dengan free tour guide berbahsa inggris dan tour bus (sekalipun peserta hanya 1 orang tetap menggunakan bis loh). Saya sarankan untuk menukar uang di bandara, gak usah besar-besar karena belanja di Korea itu murah atau bisa juga kalo kamu mengunjungi tempat wisata seperti pasar/down town banyak toko-toko yang menerima penukaran uang bahkan menerima transaksi dengan mata uang Negara kita, tapi ada tempat tertentu seperti Gyongbook Palace yang mengharuskan kita membayar biaya tambahan entrance fee. Untuk informasi lebih lanjut tentang paket free transit tour silahkan cek di sini. Atau jika kamu memilih individual tour dan ingin bertualang sendiri di Seoul kamu bisa menggunakan AREX yang menghubungkan langsung ke Seoul station (Silahkan cari informasi di area depan bandara, termasuk kartu sim dan sewa poket wifi atau reservasi hotel). Fyi, Korean airlines dan Asiana airlines juga menyediakan fasilitas STPC (Stopover Paid by Carrier) yaitu penumpang boleh memilih free transit hotel atau free transit tour oleh private guide. Tapi ini hanya diberikan kepada penumpang yang layover dalam waktu kurang dari 72 jam dan disebabkan oleh ketidaksengajaan, jadi dalam kasus seperti saya tidak bisa, kita pakai free transit tour dari Incheon Airport saja sudah worth it kok.

Cerita di atas adalah cerita transit tour saya pada saat akan pulang ke Indonesia dari Jepang dan tiba di Incheon pada malam hari. Sedangkan ketika pulang kembali ke Jepang dari Indonesia, saya tiba di Incheon pagi hari, jadi saya langsung menuju gerbang Arrival dan memproses keimigrasian (Diberi visa transit 30 hari lagi), lalu ke free transit tour desk di depan bandara, memilih tour yang available untuk saya sebelum saya take off (tanpa harus reservasi online dulu, reservasi online hanya mengantisipasi peak season dan 1st come 1st served). Seperti kasus saya, kali ini kebetulan tour jam 9 sudah penuh jadi saya ikut jadwal tour selanjutnya yaitu pukul 11, karena untuk penerbangan kali ini saya pilih layover 7 jam, jadi saya tidak punya banyak waktu untuk ikut free transit tour, hanya ikut tour yang 2 jam saja (Incheon Bridge observatory, seharusnya ke temple tapi karena hari itu bertepatan dengan peringatan acara keagamaan jadi dibatalkan), sisanya saya memilih ishoma dan mandi di lounge.

 

 

Untuk contoh itinerary Transit Korea tanpa visa, saya rangkum sebagai berikut:

1)Kedatangan di Incheon Airport malam hari (12 April 2016):

17.45-20.15 Penerbangan dari Chubu Centair (NGO) ke Incheon International Airport (ICN)

20.30-07.00 Istirahat di Lounge maskapai (menuju area transfer dan setelah melewati security check naik ke arah departures, akan menemukan banyak toko duty free, lounge asiana airlines teletak di lantai 3 dekat gate 25/29, free taking a bath dengan menunjukan boarding pass, free internet dan charge hape). Saran bawa makan sendiri, toko kebanyakan sudah tutup.

07.00 Menuju transfer desk di lantai 1 diantara pintu gate 8 & 9 dengan melewati security check dan imigrasi tanpa harus menunggu pemandu di transfer area. Jangan lupa tunjukan boarding pass, visa Jepang pada saat pengecekan imigrasi.

08.00 ikut tour paling pagi, usahan ½ jam sebelumnya sudah berada di transit tour desk lantai 1, jika ketinggalan seperti saya terpaksa ikut tour selanjutnya. Silahkan titipkan barang bawaan di transit tour desk.

10.00-15.00  Transit tour pukul 10 durasi 5 jam: Bukchon Hanok Village, Kwangjang Market, Taman kota. Semua tur gratis, makan siang hanya mengeluarkan kurang dari 5000 won.

15.00-15.30 Usahakan masuk ke Departures area minimal 1.5 jam sebelum keberangkatan karena pasti mengantri di security check dan imigrasi

15.30-17.00 Istirahat, belanja di duty free, makan, mandi di lounge (untuk solat, ada prayer room di bandara ini).

17.15 take off

 

IMG_1896
Bukchon Hanok Village

2) Kedatangan di Incheon Airport pagi/siang hari (14 Mei 2016):

8.55 Tiba di Incheon International Airport

09.00-09.30 setelah landing langsung menuju arrival gate bukan transfer area, mengisi form kedatangan, melewati petugas imigrasi, mengisi form bea cukai, keluar menuju transit tour desk di gate 8-9. Karena sebelumnya saya belum reservasi, kebetulan tour jam 10 sudah penuh, jadi saya menunggu tour jam 11 ke Incheon bridge observatory selama 2 jam.

11.00-13.00 Transit tour ke Incheon bridge observatory, semua tur gratis

13.00-14.30 mandi di lounge, istirahat, solat, makan sekitar 5000 won

15.00 Take off

Untuk informasi jadwal dan paket tour silahkan buka website Incheon Airport Free transit Tour Program

Jika berniat untuk backpacking dari Indonesia ke Korea dan Jepang, saya sarakan buat dahulu visa Jepang kemudian bisa masuk Korea dengan bebas visa (S&K berlaku ya, harap diperhatikan baik-baik..hehee..).
Semoga Membantu 😀

*edited

Per tanggal 1 mei 2016, free transit dari/ke Jepang melalui korea tidak diperbolehkan kecuali Group tour dari agen yang di tunjuk. 

(How lucky I am 14 May 2016 could entered freely 😁🤘🏻) 

Fittrie Meyllia

Newyork Cheese cake La Kitchen de Mpit

Cheesecake itu sebenernya ada macem-macem, dari banyak jenis cheesecake yang ada, beberapa yang pernah saya buat itu Japanese Cheesecake, Unbaked Newyork cheesecake, dan Baked Newyork cheesecake ala-ala Starbucks. Meskipun bahannya relatif sama, tapi masing-masing punya cara dan teknik pembuatan yang berbeda termasuk dengan segala keribetannya. Kali ini saya share resep Newyork cheese cake yang di panggang setelah hasil modifikasi dari beberapa resep asli agar mudah pembuatannya, buatnya relatif mudah kalo punya oven dan food processor. Saya tulis resep dalam bahasa inggris biar bisa di mengerti sama si Bule 😜😜😜

After recited many recipes, find the details below:

Ingredients:

2 tbs butter, melted

100 g graham crackers, made into fine crumbs

1 tbs sugar, granulated

 

For the cheesecake filling:

400g or 2 pack of cream cheese

120 gr sugar

40 gr plain flour

1½ tsp vanilla extract

2 tbs of zest of 1 lemon

1½ tsp lemon juice

2 large egg, plus 1 yolk

200 ml of whipped cream

2 tbs sour cream

(I forgot to put 3 eggs 😜)

Directions:

Preheat oven to 350 degrees F (175 degrees C) or if you’re using oven-toaster, just set 450 watt for 5 minutes. Grease a 8 inch springform pan.
In a medium bowl, mix graham cracker crumbs with melted butter. Press onto bottom of springform pan.


For cheesecake filling, you can use stand mixer, but I prefer to use food processor to mix all filling ingredients. Mix cream cheese with sugar until smooth. Blend in whipped cream, and then mix in the eggs one at a time (one by one, see picture), don’t over mix. Mix in sour cream, lemon juice, zest lemon, vanilla and flour until smooth. Pour filling into prepared crust.


 Bake in preheated oven for 1.5 hour. Turn the oven off, and let cake cool in oven for 1 hours to prevent shrinking and cracking. Chill in refrigerator at least about 4 hours before serving. You can put blueberry jam/strawberry jam/chocolate onto the cake.


Selamat mencoba 😊😊😊😊

Tips:

Keep all ingredients at room temperature.
Don’t blend the ingredients too long, this is crucial point, over-beating can whip in too much air and make your cake cracked on top then shrink rapidly.
Don’t add to much filling into the springform pan (1 cm remains from the top).

Bayang-bayang

  
Bayang-bayang tinggal setia seperti cermin pada setiap benda yang merefleksi. 

Tapi aku tak berhak menyebutku sebagai refleksimu. Aku terlalu lemah dan naif.
Adalah dirimu, yang entah dengan cara apa aku ingin Tuhan tak pernah memisahkan jalan antara jiwa dan raga, hingga berbeda tujuan ke bumi dan ke angkasa.
Andai waktu tau apa yang semestinya diubah, bukan untuk memutar kemudi, atau memisahkan paket rindu dan kenangan yang tak mau juga di sebut sebagai masa lalu.
Aku hanya ingin Tuhan bisa memberi sedikit ingatan ketika aku bisa memiliki sebelum aku memiliki kesadaran. 

Agar aku tau, apakah mereka hanya mengada-ada atau engkau sungguh menukar jiwamu dengan jiwaku.?

Agar aku tau, rangkulan lemah penuh cinta, sayup terdengar debarmu, ketika malaikatNya sabar menunggu pulang.. Nyatanya, aku tidak pernah benar-benar mencintaimu, aku hanya menangis karena iri. 

Tidak ada yang lebih nyata ketimbang senyummu pada selembar foto yang kudapati setelah 23 tahun kepergianmu..

Lalu, bagaimana bisa aku benar-benar menyombongkanmu dalam selembar foto dan ungkapan terimakasih, jika kita tak pernah bertemu dan aku masih lalai memintal doa-doa untukmu? 

Lalu tak pernah benar-benar mencintaimu, aku hanya iri.

Namun, tetaplah setia dalam intiku, kau terbenam, terpencil sebagai genap yang mengganjil. Yang tergenang ketika aku menangis sepuas-puasnya, yang meriak ketika aku menepi jauh. Iya, disana bu..

Fittrie Meyllia

Tsu-shi, 27th Dec’15 

PART 1 (Jalan lain ke Negeri Biru)

Lama gak nulis tentang going abroad. Padahal dulu paling rajin simpen link-link tentang cara, akses, beasiswa ke luar negeri (mungkin karena dulu masih mikir ke luar negeri gratis itu punya kesan gaya dan bisa sekalian jalan-jalan gratis selain ngasih pengalaman ketemu Bule-It’s a simple honestly reason for everyone).
Seminggu lalu saya sempat buka beberapa catatan link yang dulu pernah saya share, ada diantaranya yang udah non aktif juga sih. Cuma ada hal yang membuat saya nge-flashback ke 5 tahun yang lalu, tahun 2010, saya sempat ikut exchange trip ke Eropa, namanya International Student Conference in Maribor (SCiM) di Slovenia (cek di sini dan di sini). Jujur, waktu itu saya masih cupu (masih pertama kali ke luar negeri dan dapet tiket gratis bisnis di umur 20 tahun dan sendirian-ya mirip-mirip cerita “Note from Qatar” lah.. :P). Karena masih ngerasa gak puas dengan tripnya, waktu itu musim panas yang gak jauh beda dengan cuaca di Indonesia dan saya cuma punya waktu yang sedikit banget buat europe tour (cuma ke beberapa kota klasik di Eropa Timur yang mayoritas punya kastil-kastil megah dan tua seperti Vienna, Graz, Prague, Ljubjana, Ormoz, Zagreb, dan Milan), sampai akhirnya dulu saya pernah bilang, ” nanti saya pasti balik lagi ke benua biru ini. Pasti!”

Singkat cerita sekarang saya lagi ambil program doktor di Jepang, Universitas yang sama dengan double degree master program yang saya ambil dua tahun lalu (setelah nyumpah-nyumpahin gakan pernah mau ke Jepang dari kecil karena takut dianiaya-efek denger cerita penjajahan jaman Jepang). Karena tuntutan untuk bisa publikasi ilmiah dan berpartisipasi dalam konferensi, saya iseng-iseng submit paper saya untuk beberapa jurnal dan konferensi. Salah satunya World Aquaculture Society Conference di Montpelier, Perancis September lalu. Saya mendapat informasi tentang dunia akademis dan riset dunia ini dari salah satu senior saya yang sedang kuliah di Perancis, sayangnya karena keterlambatan submit di akhir regristrasi, paper saya hanya akan bisa di presentasikan jika dalam 2 minggu saya bisa mempersiapkan keberangkatan saya (Termasuk dana perjalanan dan makan). Udah give up duluan :(. tambah lagi Professor saya gak menyanggupi membiayai dengan dana penelitian yang ada untuk konferensi di Eropa nun jauh di sana. Ada cara lain, kampus saya di sini kebetulan bisa mendanai peneliti muda lewat penjaringan fakultas, namanya “Young Researcher Grant“. Penjaringan/proses seleksi dilakukan setiap tiga bulan sekali dengan durasi dari mulai seleksi sampai pengumuman kurang lebih butuh waktu 2 bulan. Jadi dengan kata lain, untuk keberangkatan konferensi/training/course bulan 7, 8, 9 kita harus masukan berkas seleksi pendanaan via fakultas minimal bulan ke-5 dan akan diumumkan pada bulan ke-6. Akhirnya saya nyerah dan merelakan “Perancis” begitu saja, padahal ada beberapa professor yang udah saya tag untuk jadi editor saya dan ingin diskusi dengan ahli-ahli di bidang saya :(. Kedua kalinya saya submit paper ke konferensi yang diadakan pada bulan Oktober, Aquaculture Europe 2015 di Rotterdam, Belanda (Bukan karena ngebet banget pingin ke Eropa lagi sih.. cuma kebetulan aja yang “berjodoh” kesana lagi). Karena udah paham dengan mekanisme pendanaan dari pemerintah Jepang ini dan belajar dari kesalahan-kesalahan sebelumnya, begitu ada pengumuman “paper accepted” saya langsung daftar untuk pendanaan di fakultas (kebetulan waktu itu masih bulan Agustus, jadi saya masih punya batas waktu 2 bulan, dan kebetulan timingnya pas, bisa daftar untuk pendanaan konferensi yang diadakan bulan 10, 11,12).

Akhirnya setelah menunggu kurang lebih 1 bulan, pihak fakultas menghubungi saya, bahwa perjalanan saya akan di danai dari dana “Young Researcher Grant” ini dengan catatan pembayaran dilakukan dengan sistem re-imburse dan maksimum penggantian sebesar 200.000 yen atau setara dengan 23 Juta rupiah. Akhirnya dengan sisa waktu yang tinggal 1.5 bulan lagi, saya segera cari maskapai lowfare, penginapan, dan konfirmasi kedatangan ke pihak penyelenggara. Gak seperti waktu masih di Indonesia, biasanya saya ngurus semua trip ke luar negeri sendiri, di Jepang agak sedikit ribet. Setelah cari-cari info sana-sini, saya memutuskan untuk menggunakan travel agent yang diinformasikan oleh salah satu teman WNI di Jepang (cek link). Meskipun demikian, tetep aja prosesnya ribet, karena semua formulir dan pernyataan dalam bahasa Jepang dan nama saya sempat dipermasalahkan (lagi untuk kesekian kalinya), karena terlalu ribet dan terdiri dari 3 suku kata. Hari pertama saya datang ke travel agent ternama itu, aplikasi saya di pending, karena mereka merasa perlu mendapat kepastian dari pusat apakah saya-dengan nama sepanjang ini-boleh berpergian keluar negeri, notabenenya orang Jepang sendiri hanya punya nama yang terdiri dari dua suku kata, nama depan dan nama keluarga. Sudah berdebat panjang lebar dengan logika bahwasanya; saya, bisa sampai di Jepang tanpa ada masalah dengan nama ini, dan sedikit mendramatisirkan bukti-bukti bahwa dulu saya pernah “berhasil”memasuki wilayar Eropa dengan “nama ini”, rasanya memang orang Jepang itu terkenal “kaku”. Mau ga mau nunggu sampe besoknya. Cuma beruntungnya, saya beneran dapet tiket lowfare Cathay Pacific yang lagi promo dengan total round trip sekitar 50.000 yen atau setara dengan 5.5 Juta Rupiah (Nagoya-Amsterdam), 2015 dapet harga segitu udah luar biasa :p. Akhirnya semua invoice dan insurance berhasil dikeluarkan, waktunya ngurus visa ke kedutaan kerajaan negeri Belanda di Tokyo. Karena budget yang minim dan waktu yang mepet, saya memutuskan pergi dari Mie (tempat saya tinggal) ke Tokyo naik bus Malam yang cuma sekitar 3000 Yen atau setara dengan 350.000 rupiah (Info salah satu perusahaan traveling around Japan by Bus bisa di cek di sini, di samping harga terjangkau, nyaman, pesan online, ada potongan harga untuk student, bayar di convinience store dan di konfirmasi di TKP pas berangkat–>promotor gak dibayar :p). Malamnya saya berangkat pukul 10 malam dari kota Tsu dan sampai pukul 6 pagi di Shinjuku Tokyo. Kebetulan di bis saya ketemu dengan rekan saya dari Bangladesh yang lagi Ph.D juga di lab tetangga sebelah, dia juga memang mau ngurus visa karena ada konferensi di Kanada. Setelah sampai di Tokyo, saya langsung menuju kedutaan Kerajaan Negeri Belanda untuk mengurus semua berkas dan aplikasi, letaknya gak jauh dari Tokyo tower. Karena saya sampai terlalu pagi (jam 7 dan kedutaan buka jam 9), yah, ngopi dan sarapan dulu di starbucks terdekat sambil baca-baca buku (ini udah toko kopi yang cukup convenience dan terjangkau di sini loh soalnya ada internet gratis dan ada toko bukunya).

IMG_9857
Pemandangan Tokyo Tower dari Starbucks depan Embassy (Kalau mau ke Embassy The Netherlands di Tokyo pakai Google maps, hati-hati ditunjukinnya pintu depan Jembatan ini, padahal setelah sampai persis di depannya “Tamu hanya boleh masuk lewat pintu belakang” dengan kata lain harus memutar 1 Km ke belakang gedung -_-)

IMG_9860
Jelong-Jelong Cantik ke Tokyo Tower selesai apply visa (jalan kaki)

IMG_9872
Shinjuku Love in Tokyo (nunggu bis malam yang pool-nya di daerah shinjuku, jangan kaget banyak gelandangan/homeless/musafir berkeliaran. Photo taken by temen Bangladesh leb tetangga yang kebetulan 1 bis lagi pas mau balik ke Tsu)

 

Singkatnya, gak butuh waktu lama buat ngurus visa,  gak sampai 1 jam udah beres sedangkan bis pulang saya jam 11 malam dengan durasi perjalanan yang hampir sama, sekitar 8 Jam kembali menuju kota Tsu tercinta, damai, sentosa. Entah harus komentar apa lagi dengan penanganan pengurusan visa oleh kedutaan kerajaan negeri Belanda ini, baru paginya saya sampai di kota Tsu, sorenya sudah dapat email notifikasi dari Embassy of The Netherlands RSO ASIA di Kuala lumpur tentang pengiriman paket paspor berisi visa melalui agen titipan kilat internasional (Jadi ceritanya kamis pagi saya menyerahkan paspor ke kedutaan di Tokyo, mereka bilang visa saya akan diterbitkan di Kuala lumpur selaku RSO Asia-nya Embassy of The Netherlands, eh ini Jumat siang visa saya sudah di kirim dari KL ke alamar rumah saya di Tsu dan akan sampai di Sabtu pagi, berarti logikanya hari kamis itu paspor saya langsung di kirim di KL untuk ditempel visa schengen,,,ajib, dulu saya ngurus visa schengen di Jakarta rada sedikit lama, malah baru dapet sehari sebelum keberangkatan). Untuk cek persyaratan pengajuan visa ke eropa(terutama tujuan Belanda) bagi orang asing yang tinggal di Jepang, bisa cek di sini.

—Dua minggu berlalu—

Packing koper ukuran 10 Kg selesai! Karena keberangkatan saya dari Negeri Doraemon yang serba ajaib, waktu itu saya banyakin aja bawa nasi (nasi package yang tinggal masuk microwave 3 menit dan tahan lama), abon, rendang, nori, plus alat pembuat onigiri(bacang ala Jepang), makanan ringan, bubuk cabe (karena doyan banget pedes), kopi, beberapa mantel bulu-bulu angsa yang tahan dingin lengkap dengan longjohn dan aksesoris musim dingin (temparatur musim gugur di Belanda sedikit lebih rendah dari kota Tsu, pakaian musim *sedikit dingin wajib bawa!!), baju resmi, sepatu, dan obat-obatan pribadi khususnya diapet, karena dulu saya langganan ke toilet ketika makan roti terus sebulan :P.

Saran Perbekalan Packing 10 Kg
Saran Perbekalan Packing 10 Kg

 

Keberangkatan saya dari Nagoya Chubu Centair sekitar pukul 4 Sore. Perjalanan menuju Nagoya Airport dari kota Tsu yang merupakan kota pesisir ditempuh menggunakan kapal ferry sekitar 45 menit dengan biaya sekitar 2rb yen dan bisa didiskon dengan kartu sakti student card, langsung ke pintu bandara (Bandaranya pun berada di lahan reklamasi tengah laut), dan perjalanan ke dermaga Tsu dari apartment saya sekitar 20 menit menggunakan bus/mobil (untungnya dengan sedikit melempar umpan ke Supervisor dan pasang mata kucing, Supervisor saya berbaik hati menawarkan mengantar saya dengan segembol backpack dan koper dari apartment ke dermaga). Perjalanan darat 20 menit dengan mobil Sensei jam 12.30, Perjalanan laut 45 menit 13.00 di ombang-ambing ombak teluk Ise, Samudera pasifik cukup membuat saya pengen muntah dan menegak antimo :p (katro sih orang Cimenyan mah..). Singkat cerita, sampai di bandara segera ke counter check-in (berhubung saya udah check-in online, jadi gak usah ribet, cukup drop barang dan minta print out boarding pass, biasanya bagi yang menggunakan aplikasi mobile boarding pass gak akan di kasih lagi print outnya tapi saya minta karena butuh buat setor re-imburse).

See You Again, Japan!!!
See You Again, Japan!!!

Horizon Twilight of Dusk
Horizon Twilight of The Dusk

Penerbangan lowfare pasti pake transit, kali ini saya transit di Hongkong setelah terbang dari Nagoya sekitar 4 jam kurang. Masih ada sisa 4 jam lagi untuk penerbangan selanjutnya (Masih belum jet lag lah, baru beda 1 Jam lebih lambat dari Jepang/satu Jam lebih cepat dari WIB), yang jelas saya lapar dan ngantuk, oya! jangan lupa bawa colokan internasional, colokan di Hongkong itu 3 lubang, banyak traveler gak bisa nge-cas hape karena beda colokan. Bandara ini luas banget dan keren banget, jadi ga usah khawatir kehabisan tempat nongkrong. Akhirnya saya cari spot tempat duduk yang ada colokan, deket WC, dan dispenser air panas, kebetulan masih punya onigiri dan roti yang saya bawa, jangan lupa bawa tumbler/termos buat isi ulang tap water di bandara (karena musim dingin .

Hallo Hongkong!! Numpang istirahat sebentar ya buat si makhluk tropis yang nundutan
Hallo Hongkong!! Numpang istirahat sebentar ya buat si makhluk tropis yang nundutan

Naik lagi ke Pesawat jam 00.15 waktu Hongkong, dapet makan lagi, makan terus. Meskipun lowfare, Cathay Pacific (Yang katanya masuk top 5 masakapai terkece di dunia tahun 2015) ini paling loyal sama menu makannya loh, perjalanan jauh pasti dikasih 3 kali makan dan 1 kali snack, meskipun duduk di economy class tapi kita bisa milih beberapa menu pilihan (Ga ada menu Halal food sih, tapi untungnya ada pilihan ikan dan vegetarian).

—-ngeng ngeng  gujes gujes—

Sampailah di Schiphol International Airport jam 6 pagi waktu Belanda (-5 Jam dari WIB/-7 Jam dari Jepang karena belum masuk saving daylight for winter time). Masih gelap buta jam segini..Goeden Morgen Schengen!!!!!

Schiphol International Airport
Schiphol International Airport

say "Peace" :v
say “Peace” :v

Hobit
Hobit

 

To be continued…

 

Blog at WordPress.com.

Up ↑